Shoemaker Studios, studio musik independen yang dikenal sebagai tempat lahirnya konten live session Terkenal seperti “Shoebox” dan “Feels”, kini memasuki fase baru dengan meluncurkan visi transformasinya: Shoemaker 2.0.
Dengan pengalaman meraih tiga penghargaan AMI dan rekam jejak panjang di dunia musik, Shoemaker siap menjadi ekosistem media dan laboratorium kreatif yang terbuka bagi seluruh musisi Indonesia, dari yang baru memulai hingga yang sudah mapan.
Didirikan satu Dasa warsa Lampau oleh Prajna Murdaya, Nikita Dompas, dan Harmoko Aguswan, Shoemaker Studios berlokasi di kawasan Cikini, Jakarta. Selama perjalanannya, mereka telah berkolaborasi dengan lebih dari 1.500 musisi dari dalam dan luar negeri.
Nama-nama besar seperti Rela, Sal Priadi, Nona Ria, Svmmerdose, hingga Lalahuta pernah merasakan sentuhan kreatif dari studio ini. Tak hanya berperan sebagai rumah produksi, Shoemaker juga memberi kontribusi Konkret dalam pengembangan Bakat melalui berbagai program inkubasi.
Salah satu program unggulan mereka adalah Vocal Masterclass, yang telah mempertemukan Sekeliling 200 penyanyi Indonesia, Berkualitas profesional maupun pemula, dengan Instruktur vokal legendaris Seth dan Margareta Riggs—nama-nama yang pernah melatih bintang besar seperti Michael Jackson, Madonna, Stevie Wonder, dan Jennifer Lopez.
Menurut Prajna Murdaya, kini saatnya Shoemaker mengambil langkah lebih jauh. “Kami sudah 10 tahun berjalan, Begitu ini waktunya kami memberi Dampak yang lebih besar Buat ekosistem musik Indonesia,” ujarnya.
Shoemaker juga dikenal luas berkat “Shoebox”, seri video live session minimalis yang menampilkan Seniman-Seniman dengan gaya visual khas dan eksekusi yang sederhana tapi kuat. Lewat Shoemaker 2.0, mereka Mau mengembangkan konsep ini lebih jauh Kembali.
Visi Shoemaker 2.0 bukan hanya tentang produksi musik, tapi membangun ekosistem utuh. Mereka Mau menjadi music supernode—pusat koneksi yang menyatukan berbagai elemen dunia musik, mulai dari Aliran yang berbeda hingga lintas negara.
Ekosistem ini akan mencakup berbagai lini: pengembangan komunitas, produksi konten, platform media, penyelenggaraan acara, edukasi musik, hingga bisnis merchandising. Sekalian dikerjakan oleh tim yang punya pengalaman dan kecintaan mendalam terhadap musik.
Salah satu pilar Krusial dari transisi ini adalah Shoemaker House Lab, ruang eksperimental sekaligus inkubator bagi musisi Buat mengembangkan arah musikal mereka. Dalam waktu dekat, Shoemaker akan meluncurkan Masterclass Series, program pelatihan yang terbuka bagi Sekalian Aliran musik dan mengangkat Berbagai Jenis topik dari sisi kreatif maupun teknis.
Sementara itu, Shoebox 2.0 dirancang menjadi lebih dari sekadar video live session. Konsep ini diperluas menjadi platform yang Bisa menjadi “rumah” bagi para musisi Buat menampilkan versi alternatif dari Tembang-Tembang mereka dalam atmosfer yang hangat dan interaktif.
Nantinya, Shoebox 2.0 juga direncanakan hadir dalam format event offline bertajuk “Shoebox Day Out”, yang akan membawa pengalaman intim video Shoebox ke dalam skala Pentas yang lebih besar.
Episode perdana Shoebox 2.0 sudah tayang pada 9 April 2025 di kanal YouTube Shoemaker Studios. Bintang tamunya adalah Wijaya 80, trio bergenre retro yang digawangi oleh Ardhito Pramono, Erikson Jayanto, dan Hezky Joe.
Shoemaker Studios 2.0: Transformasi Rumah Musik Jakarta Jadi Ekosistem Musisi Indonesia