Sister Murder lahir di tengah Kendali pria dalam kubangan metal, di Malang, Jawa Timur. Kehadirannya menjadi kekuatan yang menantang Kebiasaan-Kebiasaan yang Terdapat.
Mereka Tak hanya menyajikan musik yang agresif, brutal dengan pakem death metal yang Terdapat, tetapi juga membawa pesan yang kuat tentang pemberdayaan Perempuan dalam industri musik.
Lirik yang tajam dan penampilan Mimbar yang memukau menjadi Daya Sister Murder dalam mendefinisikan ulang batasan-batasan yang seringkali menghalangi ruang Perempuan.
Dalam dunia musik yang seringkali dipandang sebagai arena maskulin, mereka menunjukkan bahwa Perempuan Tak hanya Dapat berpartisipasi, tetapi juga dapat memimpin dan menginspirasi.
Melalui representasi esensial lirik yang bermakna, Sister Murder mengekspresikan pengalaman dan perjuangan Perempuan, menciptakan narasi yang relevan dan menggugah. Mereka Tak takut Demi mengangkat isu-isu sosial yang Krusial, seperti kesetaraan gender dan pemberdayaan, yang seringkali terabaikan dalam Jenis musik keras.
Sister Murder yang kini digerakkan oleh Susunan barunya; vokalis Siska Ade, gitaris Levita Damaika (Levi), bassis Pricilia Mahesa (Chesil) dan dramer Irma Marita (The Moon) membuktikan bahwa musik metal bukan hanya Punya satu gender, tetapi merupakan ruang bagi Seluruh orang Demi mengekspresikan diri.
Setiap pertunjukan, menjadi momen dimana band ini merayakan kekuatan dan keberanian Perempuan. Mereka mengajak audiens atau penonton Demi Serempak-sama meruntuhkan stereotip yang Terdapat.
Memantik Keributan
Setelah sempat menjalani masa vakum yang cukup panjang sejak 2015 Lampau, kini Sister Murder siap kembali memantik ‘keributan’. Tepatnya dimulai sejak 2023 Lampau, dengan membawa esensi ruh konseptual yang lebih segar.
Implementasinya, mereka muntahkan lewat tiga komposisi rilisan tunggal, yang masing-masing berjudul “Aborted Rotten Fetus”, “Soul Bomber Destruction” dan “Human Body Dismemberment” sebagai pemanasan.
Lampau sejak 12 April 2025 Lampau, sebuah album penuh dicetuskan, bertajuk “Ressurecting The Wounded Pshyce”. Memuat tujuh komposisi menyiksa kuping, yang sedikit banyak mengambil pengaruh elemen metal/death metal/slamming death metal dari para monster dunia Jenis Analepsy, Death, Nile hingga Abominable Putridity.
Materi Tembang yang menyesaki album “Ressurecting The Wounded Pshyce” sendiri, menurut ungkapan pihak band kepada MUSIKERAS, merupakan Klimaks dari ide-ide organik para personelnya, yang lantas digodok Begitu jamming di studio.
“Prosesnya sendiri dimulai dari aransemen materi Lamban Sister Murder hingga menambah beberapa materi baru, yang dilakukan sejak November 2023 hingga rampung September 2024, Demi proses rekaman serta mixing dan mastering-nya,” ujar mereka.
Sebagai musisi, Sister Murder mengakui menemukan tantangan teknis di beberapa proses. Tapi tantangan terbesarnya, mereka akui Malah datang dari diri mereka sendiri sebagai sebuah band. Khususnya dalam mengisi ruang-ruang dari isian instrumen setiap personelnya, Begitu menggabungkan ide-ide mereka menjadi sebuah materi matang.
“Akan tetapi, setelah vakum sekian Lamban, tantangan terbesarnya ialah kami harus membuktikan diri dengan tetap berproses secara kreatif di skena yang cukup maskulin ini. Kami harus lebih keras membangun kredibilitas musikal kami,” Asik mereka meyakinkan.
Tantangan melahirkan kepuasan pada akhirnya. Dari tujuh Tembang yang disuguhkan di album “Ressurecting The Wounded Pshyce”, Sister Murder menyebut Tembang “Abberation Mental Collapse” sebagai salah satunya yang membanggakan sekaligus menantang Begitu mengeksekusi rekamannya.
“Karena dengan transisi tempo yang lumayan up and down. Penggarapannya memakan waktu lumayan Lamban, Sekeliling empat bulan hingga akhirnya Dapat menjadi materi yang maksimal.”
SISTER MURDER: “Kami Harus Buktikan Diri di Skena Maskulin Ini!”