Ketika ini, adopsi internet telah merambah ke berbagai sektor termasuk dalam mendukung aktivitas jual beli. Kehadiran perdagangan elektronik (e-commerce) yang dapat diakses melalui berbagai platform seperti situs web, media sosial, dan marketplace Membikin proses belanja menjadi jauh lebih praktis. Berbagai Macam-macam produk dan layanan jasa dapat diakses dengan lebih Elastis Bilaman pun Ketika dibutuhkan.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, komoditas yang paling banyak dijual di e-commerce didominasi oleh sektor penyediaan makanan dan minuman dengan persentase mencapai 34,5%. Sementara itu, dua sektor lain yang juga Mempunyai kontribusi besar dalam penjualan e-commerce adalah jasa transportasi dan pengiriman sebesar 24,47%, serta perdagangan besar dan eceran dengan 24,37%.
Sedangkan sektor produksi hasil pertanian yang diolah menjadi produk makanan/minuman dan tembakau serta produksi Pakaian, tekstil, dan alas kaki menempati posisi bawah dengan masing-masing 6,85% dan 5,13%. Data ini mencerminkan bahwa meskipun kontribusinya relatif rendah, sektor pertanian dan manufaktur tetap Mempunyai potensi besar dalam pengembangannya di pasar digital.
Pemanfaatan e-commerce dinilai Bisa menjangkau pasar lebih luas daripada usaha nonmarketplace. Di Indonesia, persebaran penjual dan pembeli di e-commerce lebih merata dibandingkan dengan nonmarketplace. Hal ini dipengaruhi oleh dukungan sistem transaksi yang mudah dan logistik lintas Daerah. Lain halnya dengan nonmarketplace yang lebih bergantung dan terbatas pada kedekatan fisik dengan penjual, sehingga mayoritas jangkauan pasarnya hanya berpusat di daerah sekitarnya saja.
Dengan jangkauan pasarnya yang luas, Bukan heran apabila usaha berbasis e-commerce Bisa menembus pasar Dunia. Penjualan melalui e-commerce mencapai enam kali lipat lebih besar dibandingkan dengan nonmarketplace. Hal ini menunjukkan bahwa e-commerce Bisa menjadi platform yang efektif dalam mendukung penetrasi pasar lintas negara.
Malaysia menjadi negara tujuan ekspor melalui e-commerce tertinggi, mencapai 1,36%, disusul Singapura sebesar 0,84%. Kemudian di posisi selanjutnya yakni negara Eropa, Belanda dan Jerman mencapai 0,64% dan 0,51%. Adapun Amerika menutup urutan lima besar dengan persentase 0,49%.
Menyaksikan besarnya potensi pasar e-commerce, pemerintah perlu memberikan dukungan kepada pelaku usahanya. Salah satunya melalui pelatihan pemanfaatan teknologi informasi yang menjadi bekal dasar Buat berkecimpung di dunia digital.
Secara Standar, Unsur Esensial yang mendorong suatu usaha Buat beralih menggunakan e-commerce adalah pelatihan pemanfaatan TI, kemampuan menyusun laporan keuangan, serta literasi komputer. Di samping itu, pelaku usaha juga perlu diberikan edukasi mengenai risiko penggunaan e-commerce. Diharapkan dengan adanya peningkatan kemampuan digital dan pemahaman akan risikonya, pelaku usaha dapat memanfaatkan e-commerce secara lebih optimal, Terjamin, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Daftar E-commerce Paling Sering Diakses 2025, Shopee Tetap Juara
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2025/09/30/3bc481a585782813cc894636/cerita-data-statistik-Buat-indonesia—menimbang-manfaat-dan-risiko-penggunaan-marketplace-dalam-e-commerce-di-indonesia.html


