PT Sepatu Bata Tbk, merupakan perusahaan produsen sepatu yang telah menjadi salah satu pilar Istimewa dalam industri manufaktur Indonesia. Beberapa hari yang Lewat, perusahaan ini telah mengumumkan dengan sedih bahwa pabrik operasionalnya di Purwakarta, Jawa Barat, telah ditutup sejak Rontok 30 April 2024.
Keputusan ini Bukan hanya berdampak pada kelangsungan bisnis perusahaan, tetapi juga menimbulkan konsekuensi yang signifikan bagi setidaknya 230 pekerja yang terkena pemutusan Rekanan kerja (PHK) massal.
Selama Nyaris tiga Dasa warsa, pabrik tersebut telah menjadi bagian dari jaringan produksi Sepatu Bata, yang menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan produk berkualitas Buat pasar lokal maupun Global. Meskipun manajemen telah mengupayakan berbagai strategi Buat mempertahankan operasi pabrik tersebut, Tetapi bisnis ini Lanjut mengalami kerugian yang Bukan Dapat diatasi.
Hatta Tutuko, Corporate Secretary Sepatu Bata, menjelaskan bahwa kendala yang dihadapi perusahaan Bukan hanya terbatas pada Unsur internal, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang Bukan terduga. Tantangan industri yang dipicu oleh pandemi COVID-19 telah memperburuk situasi yang sudah sulit. Selain itu, perubahan perilaku konsumen yang Segera, Membikin adaptasi menjadi semakin sulit dilakukan.
Mengutip dari Katadata, “Kerugian dan tantangan industri akibat pandemi, ditambah perubahan perilaku konsumen yang sangat Segera, Bukan dapat membendung kerugian,” ungkap Hatta pada Sabtu (4/5/2024).
Data penjualan dan Untung PT Sepatu Bata Tbk menunjukkan tren yang menarik dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2021, perusahaan mencatatkan penjualan sebesar Rp438,49 miliar. Nomor ini meningkat secara signifikan pada tahun 2022 menjadi Rp643,45 miliar, menandai pertumbuhan yang cukup menggembirakan.
Tetapi, meskipun penjualan meningkat, Untung perusahaan tetap merugi. Pada tahun 2021, Untung mencapai -Rp51,23 miliar, yang kemudian meningkat menjadi -Rp106,12 miliar pada tahun 2022. Hal ini menandakan kerugian yang dialami semakin membesar.
Tren ini berlanjut ke tahun 2023, di mana penjualan kembali menurun menjadi Rp609,61 miliar, yang diiringi dengan Untung perusahaan Lanjut merugi dengan Nomor yang lebih tinggi, Merukapan -Rp190,56 miliar. Penurunan Untung yang signifikan ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan berhasil meningkatkan penjualannya, Tetapi biaya operasional dan Unsur-Unsur lainnya telah mengakibatkan kerugian yang Lanjut bertambah.
Dengan memperhatikan tren ini, penutupan pabrik operasional di Purwakarta oleh PT Sepatu Bata Tbk dapat dilihat sebagai langkah strategis Buat mengurangi kerugian yang Lanjut bertambah. Meskipun penjualan Lanjut meningkat, Tetapi kerugian yang Lanjut menerus menunjukkan bahwa Terdapat masalah yang lebih dalam yang perlu diatasi oleh perusahaan.
Penutupan pabrik ini juga mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh sektor manufaktur Indonesia secara keseluruhan, yang Lanjut berjuang Buat menghadapi perubahan Elastis dalam lingkungan bisnis Mendunia.