Community

RHYTHM OF HELL: Berkaitan dengan Kematian yang Fana

Rhythm of Hell memuntahkan EP “Sakrilegium” dengan nuansa gelap dan brutal, hasil tabungan Daya usai kevakuman dari aktivitas permusikan yang cukup lama.

Tepatnya, unit death metal asal Kota Sanggau, Kalimantan Barat ini menjalani hibernasi sejak 2014 silam, atau Sekeliling tiga tahun sejak terbentuk, lantaran beberapa personelnya sibuk dengan aktivitas kehidupan pribadi.

Tetapi pada pertengahan 2022, Rhythm of Hell kembali menggeliat, Sembari membawa konsep musik yang sedikit berbeda, serta beberapa Personil personel yang telah berganti. Pergerakan itu lantas disusul perilisan Tembang rilisan tunggal bertajuk “Altar Bersimbah Darah” pada akhir 2023 Lewat.

Kini, lewat EP debut “Sakrilegium” yang diperkuat Pola gitaris Irfan Maulana dan Adrian Asharie, dramer Adrianus Adri Saputra, bassis Deden Supriyadi dan vokalis Desta Eko Saputra, mereka menyemburkan konsep cerita yang terinspirasi dari ritus dosa-dosa berat yang Biasa dilakukan oleh Sosok.

Kosakata “Sakrilegium” sendiri diambil dari konsep dosa-dosa dalam sebuah ajaran gereja. Tetapi dalam konteks ini, Rhythm Of Hell punya pandangan dan Arti tersendiri tanpa Terdapat unsur pencemaran nama Bagus dan negatif dari sebuah ajaran tertentu. 

Baca Juga:  Double Deer Academy Luncurkan Kompilasi "Bertamu vol.3", Tunjukan Potensi Alumninya

Di EP “Sakrilegium” ini, mereka mengulas tentang ritual perang, genosida jahat, pembunuhan atau pembantaian hingga kisah pribadi dari pandangan masing-masing personel dalam mengartikan sebuah kehidupan yang fana dan gelap. 

Tema itu disalurkan lewat komposisi bertajuk “Visual Teror Mortalitas”, “Elegi Kultur Belati” (versi baru), “Bangkai Haram Radikal” dan “Romansa Fasik Delirium”

“Ide dan proses kreatif dalam EP ‘Sakrilegium’ ini dibuat berdasarkan keresahan kami yang sudah lama vakum dalam dunia permusikan dan juga sebagai bentuk kami dalam membangun antusias pecinta musik metal di tanah Natalis kami, Kalimantan Barat,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS mengungkap misinya.

Penggarapannya sendiri dimulai dengan pembuatan materi, Lewat jamming dan dilanjutkan rekaman, yang keseluruhan berlangsung Sekeliling dua tahun. Proses produksinya dikerjakan dengan memaksimalkan perangkat studio rekaman. Termasuk Buat pemolesan mixing dan mastering. Sedangkan Tertentu rekaman dram dieksekusi di Garage Studio bertempat di Kota Sanggau. 

Baca Juga:  Ryu Jun Yeol Dikabarkan Gabung UAA, Agensi Song Hye Kyo Buka Bunyi

Dalam meramu formula musiknya, para personel band ini mengikuti perkembangan musik metal yang lebih modern, yang lantas disesuaikan Tengah dari Kepribadian masing-masing personel.

Antara lain yang menjadi Surat keterangan mereka adalah band-band mancanegara seperti The Black Dahlia Murder, Obscura, Fleshgod Apocalypse, Carnifex, Lorna Shore serta beberapa band dari rumpun black metal.

“Kami Ingin Membikin suatu Jenis death metal dengan pengaruh musik bernuansa black metal, melodic, symphonic dan atmospheric.” 

Sebenarnya dalam periode 2011-2014, band ini pernah merilis dua Tembang lepas yang masing-masing berjudul “Pembunuhan Berantai” dan “Kultur Belati” yang menerapkan teknik pigsqueel, growl dan guttural di vokalnya, yang dibungkus dengan konsep musik slamming.

“Kedua Tembang tersebut Lagi kami masukkan ke dalam EP ‘Sakrilegium’ yang (kini) dikemas berdasarkan representasi dari ide kami masing-masing, sesuai perkembangan musik yang kami dengar dan mainkan seperti black metal, melodic, symphonic, atmospheric dan deathcore.”  

Baca Juga:  Mengenal Ruang Dengar Stuja Lebih Dekat Dengan Intimate Showcase

Empat amunisi Tembang yang disuguhkan di “Sakrilegium” lumayan memberi tantangan dalam mengeksekusi rekamannya secara teknis. Juga, sekaligus memberi kepuasan terhadap hasil akhirnya, mengingat proses kreatifnya yang cukup panjang.

“Mungkin yang paling emosional secara musik dan lirik adalah Romansa Fasik Delirium, dimana Tembang tersebut dibuat Buat mengenang kisah kehidupan sahabat kami dalam memperjuangkan dan memperkenalkan skena musik metal di kota Sanggau dengan perjalanan hidupnya yang begitu keras Tiba pada akhirnya almarhum meninggal dalam keadaan yang tragis (kecelakaan). ‘Romansa Fasik Delirium’ juga merupakan Tembang yang jarang kami mainkan secara live dengan Dalih internal kami dan momen tertentu.”

Sejak 14 Februari 2025 Lewat, “Sakrilegium” sudah Dapat digeber via berbagai gerai musik digital streaming. (mdy/MK01)


RHYTHM OF HELL: Berkaitan dengan Kematian yang Fana

MensDaily hadir di tengah kesibukan dan tuntutan hidup, pria butuh ruang untuk mendengarkan, mengemukakan pendapat, dan mendapatkan inspirasi.

Get Latest Updates and big deals

    Mens Daily @2025. All Rights Reserved.