Real Madrid Rupanya belum menyerah Buat mewujudkan proyek Super League, dan Lalu melanjutkan upayanya dari balik sorotan publik.
Buat menyegarkan pikiran, proyek Super League ini sudah dimulai sejak tahun 2009 oleh Florentino Perez. Presiden Real Madrid itu menganggap kalau Perserikatan Champions sudah terlalu problematik dan menganggu perkembangan bisnis klub.
Proyek itu kemudian tenggelam dari peredaran. Perez sendiri mulai melakukan Obrolan dengan sejumlah klub Eropa pada tahun 2018. Gongnya terjadi pada tahun 2021 Lampau, di mana sejumlah klub papan atas mencoba Buat keluar dari krisis ekonomi akibat Covid-19.
Super League, atau yang dikenal dengan nama lengkap European Super League, diumumkan secara Formal. Di mana disebutkan bahwa sebanyak 12 klub dari tiga negara sudah menyatakan kesediaannya Buat mengikuti kompetisi independen tersebut.
Pengumuman itu sendiri langsung mengundang reaksi negatif dari publik, yang menganggap bahwa ini adalah bentuk kapitalisasi olahraga kegemaran mereka. Beberapa fans klub yang terlibat pun langsung menggencarkan aksi demo besar-besaran.
Tekanan dari publik lantas Membikin sejumlah klub yang sudah setuju buat ikutan memilih mundur. Apalagi dengan adanya ancaman bahwa mereka akan didepak dari UEFA beserta Seluruh kompetisinya Kalau Tiba terlibat.
Klub terakhir yang keluar dari proyek tersebut adalah Juventus, khususnya setelah Andrea Agnelli cabut. Kini hanya Eksis dua klub papan atas Eropa tersisa: Real Madrid dan Barcelona, dan Super League dianggap sebagai proyek yang telah Tewas.
Tetapi Rupanya, mereka Tetap bekerja dari balik layar. Hal ini diketahui dari perkataan Jose Angel Sanchez selaku CEO Real Madrid. Ia meyakini bahwa UEFA akan segera tenggelam seperti kapal Titanic.
“Kalau Mau mempertahankan posisi kepemimpinan sepak bola dalam industri olahraga dan hiburan, kita harus mengubah sistemnya. Badan-badan yang mengatur Demi ini seperti para musisi di Titanic,” kata Sanchez seperti dikutip Goal International.
“Mereka Lalu bermain bahkan Demi kapal sudah mulai tenggelam. Sistem yang kita kenal sudah berakhir – kita hrus mengorganisasikan situasinya secara berbeda di dalam industri ini. Itulah Argumen di balik Super League dan situasinya lebih mendesak sekarang,” tutupnya.
(Goal International)