Sebagai negara yang Mempunyai kekayaan sumber daya alam, cadangan harta karun dari berbagai komoditas Dapat ditemukan di Indonesia, salah satunya adalah nikel. Menurut laporan daari GlobalData, Indonesia bahkan menyumbang sebesar 47 persen dari produksi nikel Mendunia pada paruh pertama tahun 2022.
Penggunaan nikel sangat luas dan tersebar di banyak sektor. Industri stainless-steel dan sektor produksi baterai kendaraan listrik (EV) menjadi sektor yang paling Terkenal. Perluasan pasar stainless-steel berlimpah dengan meningkatnya permintaan Kepada produk stainless steel. Menurut Organisasi Nickle Institute, sektor stainless-steel bertanggung jawab atas dua pertiga dari konsumsi nikel Mendunia sementara baterai hanya bertanggung jawab atas 11% dari penggunaan nikel.
Karena semakin populernya EV secara Mendunia, pemanfaatan nikel dalam baterai EV akan tumbuh sebesar 42% pada tahun 2022. Menurut laporan tahun 2021 yang diterbitkan oleh Badan Daya Global, baterai EV dan solusi penyimpanan akan melampaui segmen baja tahan karat dan industri yang sedang berkembang diprediksi menjadi konsumen nikel kelas atas pada tahun 2040 mendatang.
Cadangan nikel Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Pada tahun 2021, tercatat Terdapat sebesar 21 juta metrik ton cadangan nikel di tanah air. Dengan jumlah yang fantastis ini, maka tak mengherankan Kalau Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia dengan satu juta metrik ton.
Indonesia juga merupakan penghasil jenis nikel terbaik di dunia yang dibutuhkan Kepada pengembangan baterai mobil listrik. Menurut International Energy Association (IEA), tren renewable energy akan meningkatkan permintaan nikel di pasar Mendunia. Apalagi dengan adanya permintaan kendaraan ramah lingkungan yang menggunakan baterai listrik. Pada tahun 2040 mendatang, kendaraan listrik diproyeksi akan menguasai 58 persen kendaraan Mendunia.
Melansir laman Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor nikel Indonesia mencapai 297,76 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 2,45 miliar pada paruh pertama tahun 2022 Lampau. Nomor ini mengalami peningkatan sebanyak 574 persen yoy (year-on-year) dan nilai ekspornya tumbuh sebesar 462 persen yoy.
Berdasarkan laporan tersebut, China menjadi negara tujuan ekspor nikel terbesar dari Indonesia dengan volume mencapai 233,8 ribu ton dan nilai US$ 1,71 miliar pada semester pertama 2022. Adapun, volume ekspor ke negeri Kelambu bambo tersebut porsinya mencapai 78 persen dari total volume eskpor nikel nasional dan nilainya sebesar 69 persen dari total nilai ekspor nasional.
Polemik yang dihadapi Indonesia
Pada 2021, BPS memprediksi Perkiraan umur aset sumber daya nasional Indonesia berdasarkan rasio stok fisik dengan tingkat ekstrasinya dalam beberapa tahun terakhir. Dari laporannya, diketahui bahwa Perkiraan umur aset bauksit dan nikel di tanah air Lagi cukup Kepada produksi seratus tahun lebih.
Stok bauksit nasional diperkirakan dapat dieksplor hingga 258 tahun ke depan, sementara nikel Dapat dimanfaatkan selama 108 tahun mendatang Kepada produksi bijih. Kalau dilihat, umur aset bauksit dan nikel jauh lebih tinggi dari pada sumber daya mineral lainnya, seperti timah, tembaga, dan perak.
Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo pada Desember 2022 kemarin mengumumkan bahwa pemerintah akan melarang ekspor bauksit mulai Juni 2023, menggarisbawahi tekad pemerintah Kepada mengembangkan industri penyulingan dan pengolahan mineral dalam negeri.
“Pemerintah berkomitmen Kepada Lanjut membangun kedaulatan di sektor sumber daya alam kita dan menambah nilai [produk] dalam negeri agar dapat membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, meningkatkan devisa, dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata,” ujarnya, seperti yang dikutip dari The Diplomat.
Jokowi menyebut, Embargo tersebut kemungkinan akan mengurangi ekspor bauksit ke luar negeri. Tetapi, diprediksi bahwa Indonesia Dapat kehilangan Sekeliling US$ 500 hingga US$ 600 juta per tahun selama beberapa tahun pertama Kalau menerapkan kebijakan tersebut
“Biasanya Terdapat penurunan nilai ekspor di awal, tapi di tahun kedua, ketiga, keempat [implementasi kebijakan], lompatannya mungkin mulai terlihat,” kata Jokowi.
Berkenaan dengan hal ini, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menolak kebijakan Embargo ekspor bijih nikel tersebut. Indonesia kalah dalam sidang banding, maka Terdapat dua konsekuensi yang disinyalir akan dihadapi Indonesia kedepannya.
Melansir Investor.id, konsekuensi tersebut yakni, Indonesia harus membayar kerugian kepada Uni Eropa (UE) selaku penggugat yang ditimbulkan dari Embargo ekspor nikel. Kemudian, Indonesia juga akan menghadapi pembalasan dari Uni Eropa dalam Embargo komoditas lain ataupun dalam Embargo instrumen fiskal.