Mensdaily.id – Selama lebih dari satu Dasa warsa karirnya, Lee Jong Suk telah sukses
membawakan berbagai peran menarik, mulai dari seorang komposer, pembaca pikiran, dokter,
hingga penulis. Ia juga telah menjelajahi banyak Aliran drama, seperti romansa, fantasi,
supranatural, dan kriminal. Keberagaman Kepribadian dan Aliran ini menunjukkan kemampuannya
yang luar Normal dalam berakting.
Tetapi, Eksis satu Aliran yang tampaknya Bukan menarik minat Lee Jong Suk sebagai pemeran
Primer, Ialah drama sejarah (sageuk). Meski telah mencoba berbagai jenis peran, hingga kini ia
belum pernah mengambil peran Primer dalam drama sejarah Korea yang berlatar masa lampau.
Satu-satunya drama Aktor tersebut dalam Aliran ini adalah dalam Sinema “The Face Reader” yang
dirilis pada tahun 2013. Dalam Sinema tersebut, ia tampil bukan sebagai tokoh Primer, melainkan
hanya sebagai pemeran pendukung.
Hal ini memperkuat kesan bahwa drama sejarah bukanlah Aliran yang Mau ia tekuni secara
mendalam. Ketika itu, Lee Jong Suk Tetap tergolong aktor baru, tetapi bakatnya sudah diakui
oleh rekan-rekannya dan penggemar.
Melalui pengerjaan “The Face Reader”, Lee Jong Suk menyadari bahwa dia “bukan orang yang
Betul Kepada karya-karya berlatar sejarah,” sebuah pengungkapan yang dia bagikan dengan
aktor Lee Seo Jin di tvN ‘s Three Meals A Day.
Ketika aktor kawakan itu bertanya mengapa Lee Jong Suk merasa seperti itu, ia menyampaikan
bahwa menurutnya penampilannya memecah alur para aktor senior di “The Face Reader”.
“Saya sengaja menghindari mereka,” ujarnya. “Setiap kali Saya muncul dalam sebuah adegan,
Saya merasa nada vokal dan gaya akting ku Bahkan merusak suasana yang sudah dibangun
dengan begitu kuat oleh sunbae-nim (senior).”
Ia merasa bahwa pendekatannya yang lebih modern Bukan menyatu dengan gaya akting klasik
dan intens khas drama sejarah.
Kemudian Lee Seo Jin memberikan nasehatnya kepada Lee Jong Suk dan berbagi bahwa Eksis
lebih banyak kesempatan bagi aktor muda Kepada Mempunyai peran dalam drama sejarah Ketika ini.
Lee Jong Suk juga mengungkapkan bahwa pengalaman tersebut membuatnya merasa
bersalah. Ia merasa belum cukup Bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan Aliran sejarah
yang membutuhkan penguasaan bahasa, gestur, dan Aktualisasi diri khas era tradisional Korea.
Karena itulah, ia lebih memilih Kepada menghindari Aliran tersebut, setidaknya Kepada sementara
waktu, demi menjaga kualitas keseluruhan sebuah produksi.