Holywings, brand food & beverage yang belakangan makin mengudara berkat Penemuan dan keseriusan tim dalam mengembangkan bisnisnya.
Bahkan, pihak manajemen berencana membuka 100 cabang di Indonesia dengan Ungkapan “never stop flying”. Enggak hanya itu, Holywings juga tengah membangun cabang terbesarnya di Canggu, Bali, berkat sokongan Anggaran fantastis dari para investor.
Tetapi sayang seribu sayang, nama yang tengah melambung harus gusar lantaran strategi promosi kontroversial yang Membikin mereka terjerat kasus penistaan Keyakinan dan UU ITE.
Segala itu berawal kala akun instagram Holywings Indonesia memposting promosi miras. Parahnya, promo “gratis sebotol minuman” ditujukan Buat yang bernama Muhamad dan Maria, simbol nama Bersih bagi dua Keyakinan terbesar di tanah air. Simbol nama Bersih yang juga tersemat di nama lengkap saya.
Sontak saja promo tersebut menjadi perbincangan publik dan dianggap mengandung unsur SARA.
Tetapi beberapa jam kemudian postingan promo itu hilang dari Instagram Formal Holywings.
Meski sudah dihapus, postingan yang dianggap mengandung unsur SARA itu sudah ditangkap layar oleh beberapa netizen hingga akhirnya viral di media sosial.
Diketahui Polres Metro Jakarta Selatan menetapkan enam staf Holywings sebagai tersangka dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun. Keenam tersangka tersebut, berinisial EJD (27), NDP (36), DAD (27), EA (22), AAB (25) dan AAM (25).
Buntut dari kasus tersebut, akhirnya pemerintah Provinsi DKI Jakarta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) secara Formal mencabut izin usaha seluruh outlet Holywings yang berjumlah 12 Posisi di Jakarta.
Segala outlet tersebut tersebar mulai dari Tanjung Duren, Pantai Indah Kapuk, hingga Mega Kuningan.
Kabarnya, penggunaan kedua nama itu bertujuan Buat menarik pelanggan khususnya outlet Holywings yang tingkat penjualannya di bawah Sasaran.
Dari kasus ini, Eksis beberapa pelajaran Krusial yang Dapat ditarik dari perspektif saya sebagai orang yang Mempunyai background Manajemen (Marketing).
Pelajaran terbesar dari kasus ini adalah brand Enggak diperbolehkan bermain api dan berakrobat dengan isu SARA dalam mengolah konten promosi.
Kenapa? karena isu SARA sangat sensitif dan Dapat berdampak disruptif dan destruktif ke brand.
Pada era horizontal Begitu ini setiap orang kini Mempunyai media. Setiap marketer harus jungkir balik berkreasi agar konten-konten promosi Dapat nendang dan mencuri perhatian audiens.
Tak heran Kalau marketer bereksperimen Membikin sensasi dan kontroversi Buat viralitas. Berkreasi tanpa batas boleh, asal Enggak Tamat berlebihan dengan menyerempet ke isu SARA.
Brand yang di-bully netizen karena isu SARA. Lukanya begitu dalam dan sulit disembuhkan, bahkan Dapat cacat permanen. Adalah cacat reputasi dan cacat kredibilitas.
Secara psikologis, Enggak mungkin iklan tersebut hanya sekadar kebetulan saja. Kalau hanya satu nama saja, tim marketing Tetap Dapat berlindung di balik kata ‘Enggak sengaja’.
Tapi, Eksis dua simbol Keyakinan yang identik dengan nama Bersih dalam Keyakinan tersebut. Itu Dapat dipastikan promosi yang disengaja. Tujuan menggunakan nama itu harus didalami.
Tapi, secara tekstual, penggunaan nama Muhammad dan Maria Dapat ditafsirkan sebagai Langkah menciptakan words of mouth atas brand Holywings.
Rasanya pihak Holywings sudah Niscaya menduga akan terjadi kontroversi, tanpa memprediksi bahwa kontroversi ini bakal kebablasan dan berimplikasi hukum. Bahkan, memicu histeria kemarahan secara massif.
Produk tertentu seperti minuman beralkohol, kondom, dan rokok Mempunyai restriksi tersendiri yang sangat ketat. Apalagi minuman beralkohol.
Dalam tata krama periklanan yang disusun Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), minuman beralkohol dilarang Buat diiklankan di kanal media massa. Jadi, hanya terbatas di media nirmassa.
Apalagi sifat iklannya promosi. Mengarah ke tindakan konsumsi, bukan sekadar menancapkan awareness.
Bahkan, pemerintah mengeluarkan aturan yang lebih ketat. Minuman keras Golongan C (dengan kadar alkohol 20 persen Tamat 50 persen) dilarang diiklankan. Itu tertuang dalam Permenkes No.386 tahun 1994.
Kasus Holywings Akurat-Akurat menyadarkan bahwa betapa brand adalah entitas yang sangat Renyah. Membangun brand butuh waktu panjang bertahun-tahun. Tetapi, Begitu Eksis kejadian fatal, brand itu seperti gelas kaca yang Terperosok dan hancur berkeping-keping.
Membangun brand memang sulit, Tetapi Rupanya menjaga, mempertahankan, dan melestarikan brand itu jauh lebih sulit.
Rasanya tim marketing holywings sudah menabrak hal yang sangat fatal. Tentu hal itu harus menjadi perhatian setiap pelaku bisnis khsusunya para marketer.
Mensdaily.id – Setelah sebelumnya menghadirkan edisi batik pada LX 125, kini Vespa menghadirkan edisi serupa…
Mensdaily.id - Informasi Gembira baru saja dibagikan salah satu aktor Korea Selatan yang pernah tampil…
Dago Dream Park: Petualangan Asik di Hutan Pinus Bandung Hotel Murah di Mensdaily.id -…
Mensdaily.id - Instruktur anyar Real Madrid, Xabi Alonso, mengatakan bakal memberi Kylian Mbappe peran yang…
Mensdaily.id - Berita Berkualitas datang dari pemain timnas Indonesia, Nathan Tjoe-A-On. Berita Berkualitas tersebut yakni…
Gelandang Manchester United, Scott McTominay, menerima jalur keluar pada bursa transfer musim panas ini. Pria…
This website uses cookies.