Pertanian telah lama menjadi salah satu kekuatan Penting Indonesia. Dengan tanah yang subur dan iklim tropis yang mendukung, negeri ini tumbuh sebagai ladang ideal bagi berbagai tanaman pangan dan hortikultura. Tak heran Kalau Indonesia dikenal sebagai negara agraris, mencerminkan kedekatan masyarakat dengan sektor pertanian sejak dahulu.
Tingginya permintaan hasil pertanian, Berkualitas di dalam maupun luar negeri, turut mendorong ekspor komoditas Indonesia ke pasar Dunia. Sepanjang Januari hingga Juli 2025, nilai ekspor hasil pertanian tercatat mencapai US$3,96 miliar, menandakan tingginya produktivitas para petani dan daya saing produk lokal di kancah Dunia. Lewat, bagaimana tren perkembangannya dari bulan ke bulan?
Nilai ekspor hasil pertanian Indonesia sepanjang awal hingga pertengahan tahun 2025 menunjukkan tren yang kuat dan Konsisten. Pada Januari, nilai ekspor tercatat sebesar US$547,3 juta, kemudian meningkat menjadi US$564,3 juta pada Februari dan kembali naik ke US$575,1 juta pada Maret. Tetapi, pada April terjadi penurunan signifikan menjadi US$479,9 juta, yang menandakan adanya perlambatan sementara dalam kinerja ekspor.
Memasuki Mei, nilai ekspor melonjak tajam hingga mencapai US$634,3 juta, menjadi capaian tertinggi dalam periode tersebut. Meski pada Juni sedikit menurun ke US$586,9 juta dan Juli turun tipis menjadi US$576,2 juta.
Ekspor Hasil Pertanian Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) merangkum bahwa sepanjang Juli 2025, kinerja ekspor pertanian Indonesia menunjukkan capaian yang cukup kuat dengan berbagai komoditas unggulan. Komoditas kopi menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor mencapai US$208,6 juta. Di posisi berikutnya, tanaman biofarmaka mencatat nilai US$62,9 juta, disusul oleh buah-buahan tahunan sebesar US$57,9 juta. Selain itu, sarang burung dengan nilai ekspor US$30,4 juta dan sayur-sayuran sebesar US$27,7 juta juga turut memperkuat kinerja ekspor subsektor hortikultura nasional.
Di sisi lain, komoditas rumput laut dan ganggang lainnya menyumbang US$18,3 juta, diikuti oleh tembakau senilai US$14,4 juta. Ikan tangkap dan biji kakao masing-masing mencatat nilai ekspor US$12,3 juta dan US$7,6 juta. Adapun Grup komoditas lainnya memberikan kontribusi tambahan sebesar US$122,7 juta.
Bagaimana dengan Kesejahteraan Petani?
Salah satu indikator Krusial Buat mengukur tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Salin Petani (NTP). Indeks ini membandingkan antara nilai yang diterima petani dari hasil produksinya dengan nilai yang harus dikeluarkan Buat kebutuhan rumah tangga dan modal usaha bertani.
Ketika NTP berada di atas Nomor 100, artinya pendapatan petani lebih besar daripada pengeluaran mereka. Kondisi ini menunjukkan daya beli dan kesejahteraan petani yang meningkat. Sebaliknya, Kalau berada di bawah 100, petani mengalami tekanan ekonomi. Lewat, bagaimana perkembangan NTP di sepanjang 2025?
Skor NTP sepanjang tahun 2025 menunjukkan pergerakan yang relatif stagnan tanpa perkembangan yang signifikan. Pada Januari, indeks tercatat sebesar 123,6 dan hanya mengalami sedikit fluktuasi pada bulan-bulan berikutnya, menjadi 123,45 pada Februari, 123,72 pada Maret, Lewat turun ke 121,06 pada April dan bertahan di kisaran 121,15 hingga 121,72 pada Mei dan Juni.
Memasuki paruh kedua tahun, indeks memang sedikit meningkat menjadi 122,64 pada Juli, 123,57 pada Agustus, dan 124,36 pada September, Tetapi perubahan tersebut tergolong tipis dan belum mencerminkan kemajuan yang substansial.
Baca Juga: Pertanian: Sektor dengan Serapan Tenaga Kerja Tertinggi, Tetapi Pendapatan Rendah
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2025/09/01/2461/nilai-Salin-petani–ntp–agustus-2025-sebesar-123-57-atau-naik-0-76-persen-.html
https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjMxMCMy/nilai-ekspor-bulanan-hasil-pertanian-menurut-komoditas—juta-us–.html


