Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia telah mencatat adanya penurunan nilai impor Indonesia pada periode Maret 2024. Adapun hal ini diungkapkan melalui Informasi Formal statistik BPS berjudul “Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Maret 2024” yang dipublikasikan pada Senin (22/04/2024).
Secara kumulatif, nilai impor Indonesia pada Triwulan I-2024 mencapai US$54,9 miliar atau setara dengan Rp890,75 triliun (berdasarkan data Google Finance per 26 April 2024 pukul 13.00 WIB, 1 Dolar AS setara Rp16.225). Meski demikian, nilai Impor Indonesia hanya turun sebesar 0,01% Kalau dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023.
Adapun pada Maret 2024, BPS mencatat nilai impor Indonesia mencapai Bilangan US$17,96 miliar atau setara Rp219,41 triliun. Hal ini berarti terjadi penurunan sebesar 2,6% Kalau dibandingkan dengan data nilai impor Indonesia periode Februari 2024.
Secara lebih lanjut, penurunan nilai impor ini Bukan terjadi secara signifikan karena adanya penurunan nilai impor nonmigas dan peningkatan pada nilai impor migas. Di mana BPS mencatat nilai impor migas mencapai Bilangan US$3,33 miliar, naik sebesar 11,64% dibandingkan data Februari 2024. Di sisi lain, nilai impor nonmigas mencapai US$14,63 miliar pada Maret 2024, turun sebesar 5,34% dibandingkan Februari 2024.
Nilai Ekspor 10 Golongan Barang Non-Migas
Pada periode Maret 2024, Mesin atau Peralatan Mekanis dan bagiannya menjadi komoditas nonmigas dengan nilai impor terbesarm Yakni mencapai US$2,28 miliar atau setara Rp36,96 triliun. Selanjutnya, di peringkat kedua Terdapat mesin dan perlengkapan elektrik dengan nilai impor mencapai US$2,28 miliar.
Hasil ini diikuti dengan nilai impor nonmigas pada komoditas serealia US$883,7 juta atau setara dengan Rp14,3 triliun, Besi dan Baja (US$860,5 juta), serta plastik dan barang dari plastik (US$691,5 juta).
Sedangkan Kepada komoditas Primer nonmigas seperti kendaraan dan bagiannya; bahan kimia organik; instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis; ampas dan sisa makanan; serta bahan bakar mineral tercatat Mempunyai nilai impor yang kurang dari Bilangan US$600 juta. Tepatnya, nilai impor kelima komoditas tersebut berada dalam rentang Bilangan 331,1 juta hingga 595,7 juta dalam mata Dana dolar Amerika Perkumpulan.
Secara keseluruhan, BPS mengungkapkan dilihat dari perkembangannya terhadap Februari 2024 terdapat enam golongan barang nonmigas Primer yang mengalami penurunan.
Keempat komoditas tersebut adalah mesin/peralatan mekanis dan bagiannya yang turun sebesar 17,18%, diikuti plastik dan barang dari plastik (-27,75%), kendaraan dan bagiannya (-19,71%), bahan bakar mineral (-16,7%), bahan kimia organik (5,59%), serta ampas dan sisa industri makanan (-2,64%).
“Sementara, empat golongan barang Primer lainnya mengalami peningkatan, Yakni serealia senilai US$182,2 juta (25,97%); diikuti oleh instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis US$96,5 juta (34,31%); besi dan baja US$39,1 juta (4,76%); dan mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya US$29,4 juta (1,31%),” tulis BPS dalam laporannya.
Lantas, buat apa sih impor barang-barang ini, Berkualitas komoditas migas maupun nonmigas?
Nilai Impor Menurut Penggunaan Barang
BPS membagi fungsi penggunaan barang impor menjadi tiga golongan, Yakni barang konsumsi, bahan baku atau penolong, serta barang modal. Berikut adalah nilai impor Indonesia menurut golongan penggunaan barangnya.
Pada Maret 2024, golongan penggunaan barang dengan nilai impor terbesar adalah bahan baku atau penolong. Golongan ini menyumbang Sekeliling 73,53% dari total keseluruhan atau tepatnya Sekeliling US$13,2 miliar (setara Rp214,08 triliun).
Hasil ini diikuti dengan 16,18% barang modal atau tepatnya nilai impornya mencapai US$2,9 miliar (setara Rp47,03 triliun) dan 10,3% barang konsumsi yang nilai impornya tercatat sebesar US$1,85 miliar (setara Rp30 triliun).
Secara keseluruhan pada Maret 2024, nilai impor seluruh golongan penggunaan barang mengalami penurunan dibandingkan Februari 2024. Adapun penurunan tertinggi dialami oleh golongan barang modal senilai US$368,9 juta (-11,26%), diikuti oleh bahan baku atau penolong senilai US$97,4 juta (-0,73%), serta barang konsumsi senilai US$12,8 juta (-0,69%).
Di sisi lain, dilihat dari peranannya selama periode Triwulan I-2024, golongan bahan baku atau penolong mendominasi dengan nilai US$39,97 miliar atau menyumbang 78,81% dari total seluruh golongan penggunaan barang. Diikuti oleh barang modal senilai US$9,44 miliar (17,2%) dan barang konsumsi senilai US$5,48 miliar (9,99%).