Turnamen mayor antarnegara biasanya digelar secara sistematis dan berjeda empat tahunan, Tetapi mengapa Dapat demikian?
Pernahkah Anda bertanya mengapa ajang sebesar Piala Dunia, Euro dan turnamen mayor antarnegara lainnya digelar empat tahun sekali?
Memang sempat Eksis pengecualian, ketika kita menyambut gelaran Euro 2020 yang diundur menjadi 2021 seturut pandemi virus corona yang melanda dunia.
Pemunduran jadwal itu ‘memaksa’ Euro dimainkan setelah rentang lima tahun, dengan sebelumnya dihelat di Prancis pada 2016 silam.
Ajang Euro setelah 2020 (2021) akan dihelat pada 2024 dan kembali ke sistem normal empat tahunan, Tetapi mengapa harus selalu demikian?
Goal coba menjelaskannya di sini!
Argumen Digelar Empat Tahun Sekali
Yang pertama adalah tuan rumah membutuhkan waktu matang Buat membangun atau merenovasi stadion agar sesuai standar FIFA/UEFA.
Tuan rumah penyelenggara juga perlu mengatur segala hal termasuk keamanan Buat turis, akomodasi, hotel, dan logistik.
Banyak persiapan diperlukan dalam hal itu.
Kedua, Argumen yang masuk Pikiran adalah turnamen mayor akan kehilangan magisnya Apabila dilangsungkan tiap tahun atau bahkan dua tahun sekali.
Tetapi Apabila dilaksanakan empat tahun sekali, orang-orang pastinya akan menanti dengan antusias dan itu bakal menyedot animo besar dari seluruh dunia!
Yang ketiga menyangkut kebugaran para pemain.
Dalam kaitan ini, pemain yang terlibat di event besar musim panas akan merasa kelelahan karena Tak adanya Jarak kompetisi. Dekat Sekalian pemain hebat yang mewakili negaranya juga merupakan andalan klubnya.
Sekarang bayangkan apabila Piala Dunia atau Euro dimainkan setiap tahun, Niscaya para pemain akan sulit Buat memenuhi tuntutan berkompetisi di level tertinggi, dan situasi buruknya mereka bakal bermasalah dengan cedera.
FIFA Pertimbangkan Gelar Piala Dunia Dua Tahun Sekali
Belum lama ini FIFA akan menginvestigasi kemungkinan menggelar Piala Dunia dua tahun sekali alih-alih empat, Bagus bagi kompetisi pria maupun Perempuan.
Badan sepakbola dunia itu akan melangsungkan studi kelayakan Buat mengetahui akibat dari keputusan tersebut setelah proposal diajukan oleh Federasi Sepakbola Arab Saudi (SAFF) di kongres tahunan.
Piala Dunia pria teranyar akan digelar di Qatar di akhir tahun 2022, diikuti Australia/Selandia Baru 2023 delapan bulan kemudian bagi turnamen Perempuan, Tetapi perombakan dalam bentuk apa pun Jernih bakal menimbulkan perubahan di tubuh turnamen klub dan turnamen antarnegara, seperti Euro dan Copa America.
“Kami percaya masa depan sepakbola berada di titik kritis,” ujar Presiden SAFF Yasser Al-Misehal Begitu mempresentasikan proposalnya.
“Permasalahan di dunia sepakbola kini semakin diperparah oleh adanya pandemi.
“Krusial Buat meninjau ulang struktur sepakbola secara Mendunia, termasuk apakah siklus empat tahunan seperti sekarang Tetap menjadi langkah optimal bagi sepakbola dari perspektif kompetisi dan komersil, juga perkembangan sepakbola secara menyeluruh.
“Menggelar lebih sedikit laga tim nasional Tetapi yang lebih berarti, berpotensi menyelesaikan kekhawatiran menyoal kesejahteraan pemain sembari memperkuat nilai dan manfaat kompetisi tersebut.”
Mengubah sistem dan format yang sudah Eksis kemungkinan besar akan membutuhkan waktu lama, dengan FIFA Tak menentukan batas akhir studi kelayakan yang mereka laksanakan.
Tetap Dipertimbangkan
Presiden Gianni Infantino, Begitu kongres, mengindikasikan bahwa Penyelidikan apa pun Tak akan dilakukan dengan terburu-buru: “Kami harus melakukan studi ini dengan pikiran terbuka Tetapi kami Tak akan mengambil keputusan yang Dapat membahayakan apa yang sudah kami lakukan. Kami sadar akan nilai Piala Dunia, percayalah.
“Saya Ingin Obrolan ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas, tentang jadwal laga Global. Apakah kami Tentu bahwa memainkan laga kualifikasi [sepanjang tahun] merupakan langkah yang Akurat padahal kami Mengerti bahwa fans menginginkan laga yang lebih berarti?
“Sekalian Elemen ini harus dipertimbangkan. Tetapi kami akan memprioritaskan elemen olahraga, bukan elemen komersil.”