Terjadi semacam disrupsi dalam model belanja masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi dan internet, banyak orang beralih dari Langkah berbelanja tradisional ke belanja online melalui e-commerce. Selain itu, dengan semakin populernya sistem affiliate link di e-commerce, banyak pihak yang dapat memperoleh keuntungan tambahan dari sistem tersebut. Penjual dapat meningkatkan penjualan produknya, afiliator dapat memperoleh komisi dari penjualan yang dihasilkan, dan pihak aplikator dapat memperoleh keuntungan dari penggunaan sistem tersebut.
Affiliate Link: Sistem Baru Penghubung Pembeli Dengan e-Commerce
Lembaga Telaah Pendapat (Jakpat) merilis survei bertajuk Indonesia E-commerce Trends 1st Semester Of 2023 yang membahas tentang affiliate link. Dalam survei tersebut, disebutkan bahwa 83% dari Gen Z pernah membuka affiliate link. Hal ini menunjukkan bahwa sistem affiliate link sedang Terkenal di kalangan anak muda.
Menurut rilis dari SnapCart yang dilaporkan oleh CNN Indonesia, program afiliasi yang paling diingat adalah Shopee Affiliate Program dengan presentase 69%, diikuti oleh TikTok Affiliate Program dengan presentase 16%, Tokopedia Affiliate Program dengan presentase 12%, dan Lazada Affiliate Program dengan 2%.
Hal ini membuktikan bahwa Shopee Affiliate Program menjadi yang paling terkenal di antara sistem affiliate link yang digunakan dalam bisnis e-commerce di Indonesia.
Model affiliate link dapat membantu menghubungkan pembeli dan e-commerce. Menurut sebuah laporan lanjutan dari Lembaga Telaah Pendapat (Jakpat) tentang affiliate link, sebanyak 83% dari 1068 responden pernah membuka affiliate link Buat mengakses barang dagangan di e-commerce. Bahkan, 67% responden mengaku telah membeli barang dagangan di e-commerce melalui affiliate link. Dari segi jenis kelamin, 78% responden Lelaki dan 88% responden Perempuan pernah membuka affiliate link. Affiliate link merupakan sebuah Ciptaan baru dalam konsep belanja online di Indonesia.
Belanja Lebih Interaktif Dengan Live Shopping
Lembaga ini juga telah merilis data statistik yang mendata profil pemirsa live shopping berdasarkan generasi. Generasi Z adalah generasi yang paling dominan dalam menyaksikan dan berbelanja di e-commerce menggunakan live shopping. Generasi yang mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini menonton live shopping dengan persentase mencapai 87 persen.
Selanjutnya, yang terdiri dari masyarakat Kelahiran tahun 1981 hingga 1996 yang dikenal sebagai generasi milenial juga sangat dominan dalam profil penonton live shopping ini. Generasi ini tercatat mengaku menonton live shopping dengan persentase sebesar 86 persen.
Enggak ketinggalan, generasi X juga menunjukkan minat yang tinggi dalam penonton live shopping. Generasi yang sudah cukup senior ini berminat menonton siaran live shopping dengan persentase sebesar 82 persen.
Antara Penggabungan dan Benturan Regulasi
Tetapi keberadaan salah satu e-commerce berbama TikTok terancam Buat dilarang di tanah air. Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan bahwa konsep seperti itu Enggak Sebaiknya Eksis. “Media sosial dan social commerce Enggak boleh digabungkan,” ungkap Jerry Sambuaga (13/9) mengutip CNBC Indonesia.
Dalam pernyataannya, dia menyatakan bahwa tugas pemerintah adalah mengelola praktik bisnis di industri. Hal ini dilakukan Enggak hanya Buat melindungi konsumen, tetapi juga Buat mempertimbangkan kepentingan pihak terkait seperti produsen dan penjual. Dengan demikian, pemerintah bertanggung jawab Buat menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan adil bagi Seluruh pihak yang terlibat dalam industri tersebut.
Tetap banyak pekerjaan rumah bagi kebanyakan e-commerce tanah air. Kepentingan seluruh pihak harus diselaraskan agar Enggak merugikan satu dengan yang lainnya.