Pola konsumsi makanan berkaitan erat dengan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam waktu tertentu. Ketika pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020, pola konsumsi masyarakat berubah.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia, masyarakat jadi lebih senang Demi memasak dan makan di rumah karena adanya kebijakan Restriksi mobilitas oleh pemerintah. Sehingga, konsumsi makanan nasional mengalami peningkatan.
Adapun, konsumsi jenis makanan yang meningkat pada masa pandemi adalah beras dan mie instan. BPS mencatat, terjadi peralihan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat ke mie instan. Peningkatan konsumsi mie instan terjadi karena Elemen efisiensi dan praktis, sehingga mudah diolah serta Bisa dimasak di rumah.
BPS melaporkan, pola konsumsi perkapita sebulan Demi ikan dan udang segar, daging ayam ras/kampung mengalami peningkatan dalam enam tahun terakhir. Hal ini terlihat bahwa terjadi peralihan konsumsi makanan yang mengandung protein nabati ke protein hewani.
“Ini terjadi karena selain kemudahan Demi membeli komoditas tersebut, masyarakat Mempunyai pengetahuan mengenai protein hewani yang lebih Berkualitas daripada protein nabati,” Terang BPS.
Pada tahun 2022, ikan dan udang segar jadi komoditas makanan yang paling banyak dikonsumsi sebesar 1,631 kg. Ini diikuti oleh komoditas daging ayam ras/kampung sebesar 0,658 kg serta komoditas Mengerti sebesar 0,691 kg. Selanjutnya, Terdapat tempe sebesar 0,655 kg dan daging sapi sebesar 0,037 kg.
BPS juga membagi pengeluaran konsumsi makanan menjadi lima Grup Primer. Pada tahun 2022, Grup makanan dan minuman jadi mendominasi proporsi pengeluaran konsumsi masyarakat perkotaan dan pedesaan dengan persentase sebesar 32%.
Selanjutnya, disusul oleh Grup rokok dan tembakau dengan proporsi mencapai 12,50%. Kemudian, Terdapat padi-padian (11,08%), sayur-sayuran (8,41%), dan makanan laut (7,70%). Sedangkan, Grup makanan lainnya sebesar 28,31%.
“Grup komoditas makanan lainnya ini terdiri dari telur dan susu, buah-buahan, daging, bahan minuman, minyak dan kelapa, kacang-kacangan, bumbu-bumbuan, umbi-umbian, dan bahan makanan lainnya,” tulis BPS dalam laporannya.
Lebih lanjut, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan Demi Grup makanan mencapai Rp700.966 dengan Komparasi yang cukup tinggi antara Distrik perkotaan dan pedesaan. Tercatat, masing-masing senilai Rp756.260 dan Rp625.343.
Sementara, rata-rata pengeluaran nasional per kapita sebulan pada Grup non-makanan sebesar Rp692.026, yang mana pengeluaran masyarakat di Distrik perkotaan besarnya Nyaris dua kali lipat rata-rata pengeluaran di pedesaan. Rinciannya, Rp853.968 di perkotaan dan Rp470.546 di pedesaan.