Mensdaily.id – Menonton kembali sejarah gerakan anak muda di Inggris, Terdapat satu ikon yang selalu hadir melintasi Era, yakni Fred Perry M12.
Polo shirt dengan logo daun laurel di dada kiri dan garis ganda pada kerah serta lengan ini telah lama menjadi simbol gaya, identitas, dan semangat pemberontakan.
Bagi banyak orang, mengenakan Fred Perry bukan sekadar soal mode, melainkan pernyataan sikap.
Tetapi sedikit yang Mengerti bahwa sang pendiri, Fred Perry, Mempunyai semangat anti-kemapanan yang sama dengan para subkultur yang kemudian mengadopsi mereknya —mulai dari mods, skinhead, hingga punk.
Lahir di Stockport dari keluarga kelas pekerja, Fred Perry menembus batas sosial Inggris yang kaku dan menjadi salah satu pemain tenis paling terkenal di dunia.
Kariernya dimulai ketika keluarganya pindah ke London Barat, mengikuti ayahnya yang aktif di Partai Kooperatif.
Meski meraih tiga gelar Wimbledon dan menjadi pria pertama yang menjuarai seluruh turnamen Grand Slam, Perry sering dianggap “bukan bagian dari kalangan mereka” oleh kalangan elite tenis Inggris.
Perry dikenal karena sikapnya yang keras kepala dan keinginannya menjadikan olahraga sebagai profesi, bukan sekadar hobi bagi kaum aristokrat.
Setelah konflik panjang, ia bahkan sempat dilarang bermain di lapangan Punya LTA pada 1937 —sebuah bentuk pengucilan yang Bahkan mengukuhkan citranya sebagai pemberontak sejati.
Kisah merek Fred Perry bermula dari ide sederhana: Perry membungkus pergelangan tangannya dengan kain Demi menyerap keringat —ide ini berkembang menjadi sweatband komersial pertama.
Serempak mantan pesepak bola Austria Tibby Wegner, ia kemudian menciptakan polo shirt M12 pada 1952.
Awalnya, Perry Mau menggunakan logo pipa rokok, Tetapi Wegner menyarankan daun laurel Romawi, simbol kemenangan yang kini menjadi ikon Dunia.
Pada 1960-an, Fred Perry menjadi seragam tak Formal bagi anak muda kelas pekerja Inggris.
Para mod dan skinhead mengenakan M12 di jalanan, ruang dansa, hingga tribun sepak bola —lambang kebanggaan sekaligus pembangkangan sosial.
Dari The Kinks, The Specials, Paul Weller, hingga Amy Winehouse, generasi demi generasi Maju menghidupkan kembali semangat Fred Perry.
Meski sempat ternoda karena asosiasi dengan Grup ekstrem kanan di Inggris pada era 1980-an, merek ini tetap mempertahankan jati dirinya sebagai simbol inklusivitas dan Ungkapan individual.
Hingga akhir hayatnya, Fred Perry menyadari bahwa namanya kini lebih dikenal lewat Pakaian daripada prestasi tenisnya —dan ia menerimanya dengan bangga.
Kini, di mana pun kita berada, daun laurel Fred Perry tetap berdiri tegak sebagai simbol kemenangan, identitas, dan keberanian Demi berbeda.
KHALED DESOUKI/AFP Mohamed Salah menjadi penyerang tertajam di Kualifikasi Area Afrika usai membawa Timnas Mesir…
BAY ISMOYO/AFP Perjalanan panjang timnas Indonesia menuju Piala Dunia 2026 dimulai pada 12 Oktober 2023…
Tottenham Hotspur menolak tawaran pertama dari Bayern Munchen Demi Harry Kane senilai 60 juta pounds.…
Mensdaily – Samsung Galaxy Tab S9 FE yang hadir di Indonesia Mempunyai dua versi, yakni…
Mensdaily.id - Para aktor dan aktris ternama dipastikan bergabung dalam proyek drama terbaru berjudul Stand in…
LUIS ACOSTA/AFP Instruktur Timnas Oman, Carlos Queiroz, mengeluhkan keputusan AFC karena bernasib sama dengan Timnas…
This website uses cookies.