PricewaterhouseCoopers (PwC) melalui laporannya berjudul CEO Mendunia Survey mengungkapkan bahwa Nyaris tiga perempat (73 persen) kepala eksekutif perusahaan terkemuka di dunia memproyeksikan perekonomian Mendunia akan mengalami penurunan pada tahun 2023.
Survei ini dilakukan terhadap Sekeliling 4.410 kepala eksekutif dari 105 negara. Ditemukan juga bahwa 39 persen di antaranya berpendapat bahwa Kalau Bukan Terdapat perubahan signifikan pada bisnis mereka, maka dalam satu Dasa warsa bisnis mereka akan bangkrut.
Sementara, risiko siber dan isu kesehatan menjadi perhatian Istimewa para eksekutif dunia di tahun 2022 Lewat. Adapun, kini isu inflasi menjadi ancaman yang paling ditakuti para eksekutif pada tahun 2023 dengan persentase mencapai 40 persen menurut laporan PwC.
Diikuti oleh volatilitas ekonomi dengan persentase mencapai 31 persen. Kemudian, 25 persen petinggi perusahaan Mendunia merasa terpapar secara finansial akibat risiko konflik geopolitik. Disusul oleh risiko siber (20 persen), perubahan iklim (14 persen), isu kesehatan (14 persen), serta kesenjangan sosial (6 persen).
Melansir Business Day, risiko perang geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah meningkatkan kekhawatiran para pebisnis. Ini menyebabkan para eksekutif di dunia menyusun kembali aspek-aspek model bisnis mereka.
Menurut laporan PwC, beberapa responden yang terdampak konflik geopolitik mengintegrasikan berbagai gangguan yang lebih luas ke dalam perencanaan model operasi perusahaan. Di antaranya adalah dengan meningkatkan investasi terhadap keamanan siber atau privasi data (48 persen), menyesuaikan rantai pasokan (46 persen), berekspansi ke pasar baru (46 persen), serta mendiversifikasi layanan atau produk dari bisnis mereka (41 persen).
“Ekonomi yang bergejolak, inflasi yang tinggi selama beberapa Dasa warsa, dan konflik geopolitik telah berkontribusi pada tingkat pesimisme para petinggi perusahaan di dunia dalam lebih dari satu Dasa warsa,” Jernih Kepala PwC Mendunia Bob Moritz.
Meskipun risiko iklim Bukan terllau menonjol seperti ancaman lainnya, para eksekutif Tetap Menyaksikan bahwa risiko iklim telah memengaruhi profil biaya mereka (50 persen), rantai pasokan (42 persen), dan aset fisik (24 persen).