Amerika Serikat menawarkan Indonesia pilihan antara berinvestasi di Alaska atau membeli pesawat Boeing sebagai bagian dari negosiasi perdagangan yang bertujuan mengurangi tarif 32 persen yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Indonesia akhirnya memilih untuk membeli jet Boeing untuk maskapai nasional Garuda Indonesia, kata Airlangga pada hari Senin di Investor Daily Roundtable di Jakarta. Ia tidak merinci proposal investasi Alaska tersebut.
Sebelum negosiasi, Garuda telah mengumumkan rencana untuk menambah armadanya dari sekitar 70 menjadi lebih dari 100 pesawat.
“Indonesia memilih untuk membeli pesawat-pesawat itu karena kami benar-benar membutuhkannya,” kata Airlangga dalam sebuah diskusi dengan pembawa acara bincang-bincang Enggartiasto Lukita. Pembelian senilai sekitar $3,2 miliar ini dimaksudkan untuk meningkatkan konektivitas antarpulau di seluruh kepulauan Indonesia yang luas.
Keputusan tersebut, tambah Airlangga, datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto, yang membahas masalah tersebut dengan Trump melalui panggilan telepon saat kunjungannya ke Eropa baru-baru ini.
Meskipun Airlangga memimpin tim negosiasi perdagangan Indonesia di Washington, ia menegaskan bahwa kesepakatan Boeing tersebut bukan bagian dari proposal awal mereka.
Ia juga mencatat bahwa Indonesia bukan satu-satunya yang didorong untuk membeli pesawat Boeing dengan imbalan pengurangan tarif. “Hampir setiap negara yang terlibat akhirnya membeli jet Boeing. Sebuah negara Timur Tengah, misalnya, menyetujui pembelian senilai $200 miliar,” ujarnya.
Pada 14 Mei, Qatar dilaporkan menandatangani perjanjian pembelian 160 jet Boeing, senilai $200 miliar, selama lawatan Trump ke Teluk.
Sebagai bagian dari tawaran dagang Indonesia yang lebih luas senilai $35 miliar kepada AS, Jakarta juga setuju untuk meningkatkan impor gandum, kedelai, dan produk energi Amerika secara signifikan. Sebagai imbalannya, AS akan menurunkan tarifnya atas barang-barang Indonesia menjadi 19 persen dari sebelumnya 32 persen.
Indonesia juga berkomitmen untuk menghapus tarif impor atas 99 persen barang AS. Menurut Airlangga, beberapa komoditas Indonesia yang tidak diproduksi di AS — seperti minyak sawit mentah dan kakao — dapat menikmati tarif nol berdasarkan perjanjian baru tersebut.