Community

HALFWAY TO THE GRAVE: “EP ‘Resurrection’ Simbol Kebangkitan Kami”

Halfway to the Grave sebelumnya telah membagikan dua karya terbaru secara terpisah, masing-masing bertajuk “Taking Back My Crown” pada 15 November 2024 dan “We Will Rise Again” pada 29 November 2024 sebagai langkah awal kebangkitan mereka.

Kini, tepatnya sejak 28 Februari 2025 Lewat, band asal Yogyakarta yang dihuni Susunan vokalis Rahadyan Yudhistira Indarto (Yudhist), screamer Febriano Alqarana Reza Saputra (Reza), bassis Singgih Tanujaya, gitaris Rinenggar Nandhantyo (Rey) dan dramer Yudistira (Terra) ini telah meraungkan EP berjudul “Resurrection”.

Beramunisikan lima Musik, “Resurrection” menjadi simbol kebangkitan Halfway to the Grave. Band ini membawa pesan tentang keteguhan, ketangguhan dan tekad Demi kembali dan Lanjut maju meski langkah mereka pernah terhenti.

Dalam penggarapan produksi “Resurrection”, seluruh personel menyurahkan idealisme masing-masing. Tapi, menurut ungkapan pihak band kepada MUSIKERAS, ide-ide mereka lantas dikurasi oleh produser mereka.

Baca Juga:  Roses Garage – Skull Machine Motorclub

“Ditata ulang sedemikian Macam-macam agar musik yang dihasilkan tetap konsisten dengan Tanda khas khas Halfway to the Grave. EP ini sendiri diproses di Lunatic Parfait Records dengan jadwal yang teratur, sehingga kami hanya memerlukan Sekeliling tujuh minggu Demi memproduksi lima Musik.”

Melalui EP “Resurrection” ini, band bentukan 2014 silam ini tetap mempertahankan Kepribadian inti mereka sejak awal terbentuk. Sedikit menengok ke belakang, sejak kelahirannya Halfway to the Grave telah menjadi salah satu band pionir dalam skena rock/metal di Yogyakarta yang menggunakan sequencer.

“Hal ini Membangun kami berbeda dan merupakan Dalih Primer mengapa kami mendapatkan banyak kesempatan tampil di Jakarta dan kota-kota lain, meskipun band ini baru berusia satu bulan Demi itu.”

Baca Juga:  Kisah Inspiratif Christian Kartono dan Musik Ciptaannya 'Sayap Tuk Lewati Gelap

Tapi di “Resurrection”, band ini menghadirkan Rona yang lebih dewasa. Mereka ‘menciptakan’ musik rock dengan nuansa modern yang lebih mudah diterima oleh khalayak Biasa dibandingkan dengan paham metal yang lebih terbatas.

halfway to the grave

“Kami tetap berusaha menyuguhkan musik keras yang dipadukan dengan Bunyi elektronik modern seperti sebelumnya, Tetapi kali ini kami lebih banyak menambahkan unsur string orkestra yang organik.”

Dalam meracik komposisi dan aransemen Musik-lagunya, band ini berkomitmen Demi Tak menggunakan musik dari band-band lain sebagai Surat keterangan secara sengaja.

“Tetapi, kami Percaya bahwa selama proses produksi, kami secara Tak sadar dipengaruhi oleh musik yang Eksis dalam kepala kami, di antaranya termasuk band-band seperti Issues, Woe, is Me, Architects, I See Stars serta senior kami, (band lokal) 510,” cetus mereka, Lanjut-terang.

Baca Juga:  The Sailors Rilis ‘Jarak’, Projek Kangen yang Sempat Tertunda dengan Illona Acintyajovita

Dari lima Musik yang dikobarkan di EP mereka, Musik “Broken Home” disebut Halfway to the Grave sebagai salah satu komposisi yang paling menantang eksekusinya. Kata mereka, Musik ini lebih ‘jujur’ dibandingkan lainnya. Liriknya terinspirasi oleh pengalaman pribadi personel mereka, tentang keretakan rumah tangga.

“Menulis lirik dalam bahasa Indonesia Rupanya lebih sulit dibandingkan dalam bahasa Inggris. Secara teknis, desain Bunyi Demi Musik ini juga lebih ‘halus’ dibandingkan dengan empat Musik lainnya, sehingga memerlukan lebih banyak waktu Demi trial and error.”

Saksikan video lirik dan visualizer Musik “Taking Back My Crown” dan “We Will Rise Again” di tautan kanal YouTube ini. (mdy/MK01)


HALFWAY TO THE GRAVE: “EP ‘Resurrection’ Simbol Kebangkitan Kami”

MensDaily hadir di tengah kesibukan dan tuntutan hidup, pria butuh ruang untuk mendengarkan, mengemukakan pendapat, dan mendapatkan inspirasi.

Get Latest Updates and big deals

    Mens Daily @2025. All Rights Reserved.