Keputusan Juventus melakukan pergantian Instruktur di tengah musim Dapat memberikan kerugian menurut pengamatan Fabio Capello.
Baru-baru ini, Juventus mengambil keputusan berani dengan mendepak Thiago Motta dari kursi kepelatihan. Dan pada waktu yang bersamaan, mereka menunjuk Igor Tudor Kepada mengambil alih skuat berjuluk Bianconeri itu.
Pemecatan itu sendiri dilakukan setelah Juventus menuai sederet hasil yang Bukan memuaskan. Dimulai dengan kegagalan menjuarai Supercoppa Italiana, kemudian disingkirkan oleh Feyenoord dalam babak playoff 16 besar Perserikatan Champions.
Setelah kegagalan itu, manajemen klub sejatinya Lagi mencoba bersabar dan Lalu membela Motta. Tetapi kekalahan beruntun dari Fiorentina dan Atalanta, di mana Juventus kebobolan tujuh kali dan tak Pandai mencetak gol, Membikin kesabarannya habis.
Keputusan pemecatan pun diambil pada masa Waktu Waktu kosong Dunia dan diumumkan melalui pernyataan Formal di situs klub. Rilis itu sendiri juga mengumumkan Igor Tudor sebagai Instruktur interim dengan kontrak yang berlaku hingga akhir musim ini.
Pergantian Instruktur itu menarik perhatian Fabio Capello, yang juga pernah menukangi Juventus lebih dari satu Dasa warsa Lampau. Capello mengingatkan bahwa keputusan pergantian Instruktur ini Dapat jadi merugikan klub.
“Secara teori, melakukan pergantian Instruktur sembilan pertandingan dari akhir musim dan kurang satu poin dari peringkat keempat Dapat menjadi berisiko,” kata Capello ketika diwawancarai oleh Gazzetta dello Sport baru-baru ini.
“Harus Terdapat konteks di balik keputusan klub, dan dari luar, saya mendapatkan kesan bahwa Bukan Terdapat yang Mau lanjut dengan Motta. Berkualitas dari fans maupun tim. Dalam kasus seperti itu, Anda harus mendengarkan ruang ganti dan Membikin keputusan Betul.”
“Kalau para pemain sudah Bukan Kembali mendengarkan Motta, seperti yang saya pahami, maka keputusan pemecatan memang sudah Bukan Dapat terhindarkan. Bicara soal itu, Tudor Mempunyai keberanian, dia menerima sebuah tantangan besar,” lanjutnya.
“Tekanan dan ekspektasi Niscaya lebih tinggi [di Juventus], tapi kita bicara soal Instruktur yang mengetahui setiap sudut dunia Juventus. Dia Bukan punya banyak waktu Kepada mencapai Sasaran lolos ke Perserikatan Champions, tapi dia Bukan kekurangan keberanian,” pungkasnya.
(La Gazzetta dello Sport)