Instruktur legendaris, Fabio Capello, memaparkan Argumen mengapa Italia Dapat tersingkir dari ajang Pesta Bola Eropa 2024. Ia merasa absennya pemain-pemain dari AC Milan dan Juventus dari starting XI merupakan tanda bahaya bagi Gli Azzurri.
Perjalanan Gli Azzurri kandas pada babak 16 besar setelah tumbang di tangan tim kuda hitam, Swiss, pada hari Sabtu (29/6/2024) Lampau. Ya, Laskar Luciano Spalletti dipaksa bertekuk Dengkul dengan skor 0-2.
Kekalahan ini Membangun guliran kritikan menjadi lebih besar. Mereka memang sudah menjadi sasaran sejak Dekat gagal melangkah dari fase grup. Berhasil, Italia diselamatkan oleh gol Mattia Zaccagni di menit-menit akhir kala Bersua Kroasia.
Dalam laga kontra Swiss, terlihat hanya Federico Chiesa dan Nicolo Fagioli yang mewakili Juventus di starting XI. Sementara perwakilan AC Milan Betul-Betul absen. Inter Milan selaku Pemenang Serie A menyumbang tiga nama.
Starting XI ini dirasa sebagai sebuah masalah besar oleh Capello, yang dulunya pernah menukangi AC Milan dan Juventus Ketika Tetap berkarir sebagai Instruktur. Ia menganggap minimnya pemain dari kedua tim sebagai alarm bahaya.
“Ketika tak Terdapat pemain Milan dan bahkan Juve di dalam starting XI, maka alarm Semestinya berbunyi. Apabila klub-klub ini Bukan Mempunyai pemain bernilai buat timnas, kami Mempunyai masalah,” katanya kepada La Gazzetta dello Sport.
Capello melanjutkan pembahasannya dan mengarahkan perhatian kepada Spalletti. Ia menganggap mantan nahkoda Napoli tersebut menunjukkan arogansi ketika menjalankan tugasnya, khususnya ketika menghadapi Spanyol.
“Melawan Spanyol, saya berpikir Spalletti berlaku sebagai Instruktur klub. Dia mengirim tim ke lapangan, Mengucapkan ‘inilah kami. Mari lihat apakah kami lebih Bagus dari mereka. Dia memilih format empat bek melawan winger terbaik, dan kami Memperhatikan siapa yang lebih Bagus.”
“Tentu saja, Spalletti bertanggung jawab, tapi para pemain harus merasakan beban dari seragam. Saya Bukan pernah Memperhatikan Italia bermain seperti ini. Dan saya tambahkan sesuatu yang saya Bukan suka. Semuanya terlalu disensasionalkan.”
(Gazzetta dello Sport)