Asian Development bank atau Bank Pembangunan Asia (ADB) kembali mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022.
Ekonom Senior ADB Buat Indonesia Henry Ma mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini Dapat minimal 5,4 persen secara tahunan, atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,0 persen (April 2022) dan 5,2 persen (Juli 2022).
“Kami Memajukan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dengan menimbang progres pemulihan yang lebih kuat, meski Terdapat tekanan peningkatan kasus Covid-19 dan Pengembangan Rusia ke Ukraina pada awal tahun 2022,” tutur Henry, Rabu (21/9/2022).
Menurut Henry, kondisi perekonomian Indonesia ini didorong oleh kondisi perekonomian di semester I-2022 yang cukup solid. Perekonomian pada paruh pertama tahun ini berhasil tumbuh 5,23 persen secara tahunan.
Memasuki semester II-2022, Henry Tetap Menyantap perkembangan yang cukup positif dalam pertumbuhan ekonomi dalam negeri, seperti mobilitas yang meningkat yang mendorong konsumsi rumah tangga dan juga harga komoditas yang Tetap tinggi sehingga mendorong ekspor.
Ia juga Menyantap adanya investasi yang masuk ke dalam negeri sehingga memberi tambahan kekuatan pada pertumbuhan ekonomi. Meski, ia Menyantap belanja negara Tak akan terlalu berkontribusi besar mengingat adanya kebijakan konsolidasi fiskal Buat menjaga defisit anggaran.
Beberapa indikator Awal juga menunjukkan perbaikan, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan masyarakat Tetap optimistis dengan kondisi perekonomian Begitu ini, penjualan ritel yang meningkat, dan juga kinerja industri manufaktur yang Tetap di atas level ekspansif.
Selain itu, dengan penurunan kasus Covid-19 dan peningkatan mobilitas masyarakat, Henry Menyantap Terdapat geliat di sektor pariwisata.
“Terdapat peningkatan turisme. Dengan demikian, kami juga Menyantap Terdapat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini Mempunyai Kesempatan Buat lebih tinggi dari 5,4 persen secara tahunan,” tandasnya.
Negara berkembang Asia Bahkan terpangkas
Sebaliknya, ADB menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang Asia dan Pasifik menjadi 4,3 persen tahun ini. Bilangan tersebut turun dibandingkan perkiraan April sebesar 5,2 persen. Pemangkasan ini dilakukan di tengah meningkatnya tantangan yang melanda kawasan itu.
Sejumlah hal menjadi penyebab mulai dari penguncian Covid-19 China, perang Rusia-Ukraina, hingga upaya memerangi inflasi.
Meski pelonggaran Restriksi sudah dilakukan banyak negara Buat mendorong belanja konsumen dan investasi di kawasan, hambatan Mendunia disebut tetap akan muncul. Ini karena harga makanan serta bahan bakar melonjak dan bank sentral Memajukan Etnis Tumbuh.
Hal ini ditegaskan Kepala Ekonom ADB Albert Park. Ia memperingatkan risiko tampak besar Buat prospek kawasan dan meminta pemerintah tetap waspada.
“Negara-negara berkembang Asia Maju pulih, tetapi risiko tampak besar,” kata Park, mendesak pemerintah di negara berkembang Asia Buat tetap waspada terhadap risiko ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan Buat menahan inflasi tanpa menggagalkan pertumbuhan.
Sementara itu, ADB juga Memajukan perkiraan inflasi di negara berkembang Asia tahun ini menjadi 4,5 persen dari proyeksi sebelumnya 3,7 persen. Perkiraan inflasi Buat tahun depan adalah 4,0 persen, naik dari 3,1 persen.
Dua Unsur menjadi penyebab yakni serangan Rusia ke Ukraina dan gangguan rantai pasokan Memajukan harga pangan dan Kekuatan.
“Beberapa bank sentral mungkin perlu berbuat lebih banyak Buat menjinakkan inflasi dan mencegah arus keluar modal”, tambah Park.
