Borobudur, Keajaiban Indonesia Yang Mendunia

Candi Borobudur adalah salah satu situs warisan dunia UNESCO yang paling terkenal di dunia. Terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, candi ini merupakan candi Buddha terbesar di dunia dan menjadi salah satu tujuan wisata paling populer di Asia Tenggara. Mari kita jelajahi keindahan dan keajaiban Candi Borobudur. Kunjungi Candi Borobudur dan rasakan sendiri keagungan situs bersejarah ini.

Sejarah Candi Borobudur

Dinasti Sailendra membangun peninggalan Budha terbesar di dunia antara 780-840 Masehi. Dinasti Sailendra merupakan dinasti yang berkuasa pada masa itu. Peninggalan ini dibangun sebagai tempat pemujaan Budha dan tempat ziarah.

Zona 1: Kamadhatu

Kamadhatu terdiri dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Menggambarkan mengenai sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.

Zona 2: Rupadhatu

Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu dan patung buddha. Secara keseluruhan ada 328 patung Buddha yang juga memiliki hiasan relief pada ukirannya.

Zona 3: Arupadhatu

Tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Pada bagian ini tidak ada ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi.

Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya.Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu menguasai tahta Kerajaan Medang. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 – 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6,2 mi) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.

Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sanha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko. Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.

 

James Hartanto

Recent Posts

Selesai Sudah! Adrien Rabiot Tak Lanjut dengan Juventus

Adrien Rabiot dipastikan Kagak akan melanjutkan perjalanan Berbarengan klub raksasa Italia, Juventus. Laporan mengatakan bahwa…

2 menit ago

Redmi A3 Solusi Stylish Kepada Pengguna Smartphone Entry-level

Mensdaily – Xiaomi Indonesia kembali membawa ponsel entry-level sangat menarik dengan harga terjangkau yang tetap…

3 menit ago

PO Bus Juragan 99 Trans Berhasil Raih Dua Rekor MURI! Apa Sajakah Itu?

Mensdaily.id – Juragan 99 Trans, salah satu unit bisnis unggulan J99 Corp. meraih dua rekor…

7 menit ago

Haechan NCT Rilis Teaser Demi MV Musik Primer Album Debutnya: Perpaduan Visual dan Musik yang Memikat!

Mensdaily.id - Salah satu member NCT, Haechan, akan debut sebagai penyanyi solo dan merilis album…

12 menit ago

Finns Beach Club NYE Party: Pesta Tahun Baru yang Spektakuler di Bali – Mensdaily.id

  Finns Beach Club di Canggu, Bali, terkenal sebagai salah satu tempat terbaik Kepada merayakan…

26 menit ago

Piala Dunia Klub 2025 – Jumpa Real Madrid, Al Hilal Tak Mau Sekadar Ubah Jersei dan Foto bareng Vinicius dkk

AFP Al Hilal bersiap membuka turnamen Piala Dunia Klub 2025 dengan menghadapi Real Madrid di…

42 menit ago

This website uses cookies.