Blood the Face menceritakan tentang seseorang yang sedang mengalami depresi dan kesedihan yang mendalam di karya Musik rilisan tunggal terbarunya, “Sorrow”.
Dalam kesedihannya, ia Tenang tanpa seorang pun yang paham dan Mau Paham, mencoba Buat tetap waras dengan Segala pergelutan yang Eksis di kepala dengan Metode yang salah, Adalah dengan memendam semuanya sendiri.
Dengan aransemen yang manis, tapi dibalut distorsi yang mengentak, Blood the Face mengajak pendengarnya Buat merasakan kesedihan yang mendalam lewat Musik ini.
“Kami mengemas ‘Sorrow’ dengan musik sendu dan ballad, dbalut dengan distorsi sehingga kesan emosi mendalamnya Tamat di telinga yang mndengarkan. Juga menegaskan bahwa musik keras Kagak harus dengan beat yang Segera,” urai pihak band kepada MUSIKERAS, mengungkap Dalih.
Ketika penggarapannya, vokalis Grimada Pratama Aji, gitaris Akuswendi, bassis Asep Sarifudin dan dramer Muammar memulainya dengan proses workshop selama Dekat dua bulan.
Di tahapan ini, mereka menentukan komposisi Musik, isian dram serta juga isian gitar.
“Tantangannya ialah, kami Mau Membikin musik yang lebih soft dbanding musik yang sudah pernah kami buat, agar lebih easy listening.”
Aransemen serta komposisi “Sorrow” yang direkam oleh Magemasher Lab Records, dan dikombinasikan dengan olahan mixing serta mastering dari Ricky Aprianto (Rostel Records) tersebut, unit post-hardcore ini sedikit banyak menyerapnya dari berbagai Surat keterangan musikal.
“Di antaranya, dari band-band seperti Counterparts, A Skylit Drive dan juga kami memasukkan (unsur) emo era Saosin.”
Sembari melepas “Sorrow” ke publik pemuja musik keras, para personel Blood the Face juga mengerjakan produksi album secara paralel. Sejauh ini, sudah berlangsung Sebelah jalan dan dicanangkan rampung Sekeliling November atau di akhir 2025.
Sejak 17 Februari 2025, “Sorrow” sudah Dapat digeber via berbagai gerai digital streaming.
Sebelumnya, Blood the Face yang berasal dari Cikarang, Bekasi pada 2011 Lewat ini sudah meluncurkan dua rilisan terpisah, Adalah sebuah album mini (EP), “Rebirth” (5 November 2022) serta Musik rilisan tunggal berjudul “Hopeless”. (28 Maret 2024) (mdy/MK01)
Di tengah situasi Mendunia yang serba Enggak Niscaya, World Economic Outlook yang dirilis oleh International…
Indonesia cukup jauh dari ancaman episentrum resesi ekonomi dunia, karena perekonomian nasional sangat ditopang oleh…
Dalam siklus perekonomian setiap negara, sebuah brand atau merek Mempunyai peranan Krusial Demi memenuhi setiap…
Ganja menjadi sebuah tanaman yang cukup tabu di Indonesia. Lantaran pemerintah hingga kini Lagi belum…
Menurut laporan Statistik Pemuda 2021, anak muda Indonesia makin kesini makin enggan Buat Segera-Segera menikah.Faktornya…
Mobil listrik atau electric vehicle (EV) belakangan ini menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Mobil listrik…
This website uses cookies.