Menurut Bank Indonesia, inflasi adalah kenaikan harga barang maupun jasa secara Lazim dan Lalu menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga harus menyeluruh dan Apabila harga dari satu atau dua barang saja yang naik maka Kagak dapat disebut sebagai inflasi. Karena itu, inflasi bersifat meluas dan bahkan dapat menyebabkan kenaikan harga pada barang lainnya.
Penurunan Bilangan Inflasi dari Oktober 2023 ke Oktober 2024
Pada Oktober 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Bilangan inflasi tahunan (year-on-year) mencapai 1,71 persen. Sementara itu, juga terjadi inflasi sebesar 0,08 persen pada periode bulanan (month-to-month), dan inflasi sebesar 0,82 persen pada periode sejak awal tahun (year-to-date).
Apabila dibandingkan dengan PMK No.101/PMK.010/2021 tentang Sasaran Inflasi di tahun 2022 Tamat dengan 2024, pemerintah menetapkan sasaran inflasi, masing-masing sebesar 3,0 persen, 3,0 persen, dan 2,5 persen, dengan deviasi masing-masing ±1%. Maka, Bilangan inflasi tetap sesuai dengan Sasaran pemerintah, bahkan berada di sisi yang lebih rendah dari sasaran.
Selain itu, Eksis inflasi sebesar 0,08 persen bila dibandingkan bulan Lewat. Padahal, bulan Lewat terjadi deflasi sebesar 0,12 persen. Menurut Bank Indonesia, inflasi di bulan Oktober 2024 dapat dipengaruhi oleh beberapa Unsur. Salah satu Argumen Penting adalah inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang tetap terjaga dalam kisaran 2,5±1%. Inflasi inti yang tetap terjaga juga menjadi salah satu alasannya, yang didorong oleh peningkatan harga komoditas Dunia.
Komoditas Penyumbang Penting Andil Inflasi
BPS menganalisis 5 komoditas Penting penyumbang inflasi sejauh ini di tahun 2024. Pangan mendominasi sebagai komoditas Penting yang mempengaruhi inflasi, Merukapan beras, kopi bubuk, dan nasi dengan lauknya. Tetapi, emas perhiasan menjadi penyebab Penting inflasi di tahun 2024 Merukapan sebesar 0,35 persen, serta Eksis kopi bubuk yang berada di peringkat keempat Merukapan sebesar 0,10 persen.
Bank Indonesia menambahkan bahwa meskipun mengalami inflasi dari bulan sebelumnya, Golongan volatile food tetap mengalami deflasi sebesar 0,11 persen (m-to-m) dan Golongan administered prices mengalami deflasi sebesar 0,04 persen, tetapi keduanya Kagak sebesar bulan September 2024.
Penurunan harga komoditas pangan pada bulan Lewat terjadi karena adanya peningkatan pasokan pada periode panen, khususnya komoditas hortikultura. Dari Golongan administered prices, deflasi terjadi karena penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan tarif angkutan udara.
“Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso dalam Bank Indonesia.
Baca Juga: Pergerakan Inflasi Indonesia Januari-September 2024, Apakah Tetap Terkendali?