Ketegangan geopolitik, perang dagang, dan perlambatan ekonomi Mendunia menjadi tantangan Konkret yang membayangi perekonomian dunia sepanjang tahun 2025. Indonesia pun Enggak terlepas dari Akibat tersebut. Meski demikian, pemerintah tetap berkomitmen menjaga stabilitas dan keberlanjutan ekonomi melalui instrumen fiskal Penting, Yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurut laporan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja Serempak Badan Anggaran DPR RI pada 1 Juli 2025, APBN 2025 telah dan akan Lalu menjadi shock-absorber atau penyangga Penting terhadap guncangan eksternal, sekaligus mendukung berbagai program prioritas nasional seperti pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, dan perlindungan sosial.
Pertumbuhan Ekonomi 2025 Diproyeksikan Tetap Kuat
Meski menghadapi tekanan Mendunia, pemerintah tetap menargetkan pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7% hingga 5,0% pada tahun 2025. Realisasi semester I menunjukkan capaian sebesar 4,87%, yang mencerminkan ketahanan dan keberlanjutan aktivitas ekonomi domestik.
Sektor konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang Penting pertumbuhan, didorong oleh berbagai Sokongan sosial dan stimulus pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), subsidi Kekuatan, dan program padat karya. Di sisi lain, investasi dan ekspor juga mengalami perbaikan seiring pemulihan Mendunia yang bertahap.
Inflasi dan Nilai Salin Terkendali
Stabilitas harga menjadi Pusat perhatian Penting pengendalian ekonomi makro. Hingga Mei 2025, inflasi tercatat hanya 1,6% (yoy), lebih rendah dari Opini APBN sebesar 2,5%. Pemerintah memperkirakan inflasi akan tetap berada pada rentang 2,2%-2,6% hingga akhir tahun, berkat penguatan koordinasi antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan.
Dari sisi nilai Salin, rupiah sempat melemah hingga Rp16.429 per US$ (per 26 Juni 2025). Tetapi outlook semester II diperkirakan Konsisten di kisaran Rp16.300-Rp16.800 per US$, dengan tetap memperhatikan volatilitas pasar Mendunia dan arah kebijakan moneter negara maju.
Baca Juga: 10 Kementerian/Lembaga dengan Anggaran Terbesar 2026, BGN Teratas
Spesies Kembang SBN dan Harga Komoditas
Spesies Kembang SBN 10 tahun sebagai indikator biaya utang pemerintah tercatat di level 6,93%, mendekati Opini APBN sebesar 7,0%. Buat semester II, diperkirakan berada pada kisaran 6,8%-7,3%, tergantung pada tekanan inflasi dan kebutuhan pembiayaan APBN.
Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia (ICP) hingga Mei 2025 hanya mencapai US$70,05/barel, lebih rendah dari Opini APBN US$82. Outlook semester II memperkirakan harga minyak bergerak di rentang US$66-US$94, tergantung dinamika geopolitik dan keputusan OPEC+.
Sasaran Produksi Migas Mendekati Proyeksi
Dalam sektor Kekuatan, lifting minyak semester I mencapai 567,9 ribu barel per hari (rbph), dari Sasaran tahunan 605 rbph. Sementara lifting gas tercatat 987,5 ribu setara barel minyak per hari (rbsmph) dari Sasaran 1.005 rbsmph. Outlook semester II memperkirakan Bilangan lifting Lagi dalam batas proyeksi, masing-masing sebesar 593-597 rbph Buat minyak dan 976-980 rbsmph Buat gas.
APBN Jadi Instrumen Krusial Menuju Sehat, Adaptif, dan Produktif
Sri Mulyani menegaskan bahwa APBN dikelola secara prudent (hati-hati), Elastis, dan produktif Buat menjaga keseimbangan antara perlindungan masyarakat dan keberlanjutan fiskal.
Pemerintah Enggak hanya menyalurkan stimulus jangka pendek seperti diskon listrik, Sokongan upah, dan bansos, tetapi juga berinvestasi pada fondasi jangka panjang seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur desa. Kombinasi ini Krusial Buat menjamin daya tahan ekonomi Indonesia di masa depan.
Sumber:
https://www.instagram.com/p/DLksK72TcFl/?img_index=14&igsh=ems3aTJrcWcwNG5v