Categories: Business

Jadi Negara Agraris, Mengapa Indonesia Tetap Impor Komoditas Pertanian?

Kaum negara Indonesia mesti sudah Enggak asing dengan Julukan Indonesia sebagai negara agraris. Julukan tersebut datang beriringan dengan fakta bahwa Indonesia Mempunyai lahan yang luas Demi digarap dalam kegiatan pertanian. Rakyat Indonesia yang tinggal di daerah subur juga cenderung mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian Penting.

Tetapi sayangnya, terdapat paradoks bahwa Indonesia Tetap mengimpor sejumlah hasil perkebunan di samping julukannya sebagai negara agraris. Hal tersebut menyisakan tanda tanya, mengapa negara dengan lahan pertanian subur ini Tetap mengimpor hasil perkebunan dari negara lain?

Sederhananya, produksi dalam negeri Tetap belum Dapat menutup kebutuhan masyarakat, Bagus Demi Industri maupun konsumsi harian. Indonesia Tetap menghadapi sejumlah tantangan dalam mengoptimasi hasil panennya, mulai dari keterbatasan lahan pertanian, perubahan iklim, serta infrastruktur irigasi yang kurang memadai.

Kondisi ini diperparah oleh produktivitas yang cenderung stagnan di tingkat petani, sehingga hasil panen Enggak Bisa mengimbangi kebutuhan yang Lalu meningkat. Di sisi lain, pertumbuhan populasi dan perubahan pola konsumsi juga menambah tekanan terhadap produksi komoditas perkebunan domestik, menjadikan ketahanan pangan semakin rentan.

Terdapat beberapa komoditas pertanian dengan volume impor tertinggi di Indonesia.

Gula, kapas, dan kakao menjadi 3 komoditas perkebunan dengan volume impor tertinggi di awal 2025 | Mensdaily

Sepanjang Januari hingga Mei 2025, gula tebu mendominasi daftar komoditas impor dengan volume mencapai 1,6 juta ton. Jumlah ini sangat besar Apabila dibandingkan dengan komoditas lain, menegaskan peran gula tebu sebagai salah satu kebutuhan Penting yang Enggak Dapat dipenuhi hanya dari produksi dalam negeri.

Di posisi berikutnya, kapas menempati urutan kedua dengan volume impor 167 ribu ton, disusul oleh kakao sebanyak 138 ribu ton. Komoditas lain yang juga Mempunyai Nomor cukup tinggi adalah tembakau dengan 88 ribu ton serta karet sebesar 29 ribu ton. Sementara itu, impor kopi dan kelapa relatif lebih kecil, masing-masing sebesar 19 ribu ton dan 16 ribu ton.

Tiga komoditas terakhir dalam daftar sepuluh besar adalah teh dengan 4,8 ribu ton, kacang mete sebesar 4,1 ribu ton, dan kelapa sawit sebanyak 3,9 ribu ton. Komparasi ini memperlihatkan ketimpangan yang cukup lebar, di mana gula tebu sangat dominan dibandingkan komoditas lainnya, sementara sebagian besar komoditas lain berada di kisaran puluhan ribu hingga ribuan ton saja.

Baca Juga: Indonesia Tetap Impor Susu dalam Jumlah Besar

Sumber:

https://satudata.pertanian.go.id/

Admin

Recent Posts

Piala Dunia Klub 2025 – Xabi Alonso Tak Sabar Nantikan Kedatangan Lamine Yamal dari Argentina ke Real Madrid

ALEJANDRO PAGNI / AFP Franco Mastantuono sudah sangat dinantikan Xabi Alonso di Real Madrid. Mensdaily.id…

52 detik ago

Prediksi Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia Vs Brunei Darussalam – Victor Dethan Absen Karena Cedera

Mensdaily.id - Timnas U-23 Indonesia akan menjalani laga pertama Grup A ASEAN Cup U-23 2025…

2 menit ago

Erik ten Hag: Manchester United Butuh Jadon Sancho

Masalah yang terjadi di antara Erik ten Hag dan Jadon Sancho dipastikan telah selesai. Terlebih…

18 menit ago

Canggih, Kalkulator di iPad Kini Dapat Pecahkan Rumus Matematika

Mensdaily – Pada ajang WWDC 2024, selain memperkenalkan Apple Intelligence model AI generatif baru, Apple…

20 menit ago

Chery Cibubur Punya Letak Baru Yang lebih Strategis & Luas

Mensdaily.id – Nyaris setiap minggu kami mendapatkan informasi baru dari Chery Indonesia terkait pembukaan cabang…

22 menit ago

Salah Satu Member Super Junior Ini Kepergok Lakukan Lovestagram Hingga Berkencan, Siapa Dia?

Mensdaily.id - Salah satu Member super junior ini kepergok lakukan lovestagram. Tak hanya itu, beberapa…

29 menit ago

This website uses cookies.