Pertumbuhan menghasilkan perubahan, perkembangan mendatangkan kemajuan. Terdapat berbagai Ciptaan yang kini lahir Kepada memberikan kemudahan kepada masyarakat luas, salah satunya ialah layanan pay later atau disebut juga dengan Buy Now Pay Later (BNPL).
Pada dasarnya, istilah pay later atau BNPL merupakan salah satu metode pembayaran dengan sistem menunda atau berutang, yang wajib dilunasi di kemudian hari. Kehadiran layanan ini memberikan Akibat yang Berbagai Corak, mulai dari positif hingga negatif.
Beberapa orang menganggap bahwa layanan ini dapat memudahkannya dalam memenuhi kebutuhan di situasi mendesak. Dengan istilah menunda atau bayar nanti, seseorang dapat memilih pay later sebagai metode pembayaran, tanpa harus mengisi ulang Biaya dari suatu bank terlebih dahulu.
Risiko Pay Later
Tetapi, mengutip dari Kementerian Keuangan, fenomena pay later dapat menimbulkan beberapa risiko, antara lain:
1. Manajemen keuangan terganggu
Seseorang dapat melakukan transaksi beberapa kali dalam satu waktu karena adanya limit yang besar. Pada akhirnya, hal itu Membikin tunggakan meningkat, sehingga pengaturan keuangan nantinya dapat terganggu Kepada membayar cicilan di akhir bulan.
2. Terdapat biaya tambahan lainnya
Biaya yang dipinjam dalam layanan ini memudahkan di awal, tetapi dapat membingungkan di akhir. Pasalnya, terdapat beberapa biaya tambahan yang akan Membikin pinjaman menjadi lebih besar dibanding awal.
3. Perilaku konsumtif meningkat
Kemudahan yang diberikan layanan ini Bisa menimbulkan sifat impulsif Demi belanja. Ditambah Tengah, terdapat diskon atau promosi lainnya yang hanya diperuntukkan pada penggunaan layanan ini.
Baca Juga: Pendapatan Berkisar Rp3 Juta, Apakah Buruh di Indonesia Sudah Sejahtera?
Demi ini, fenomena pay later semakin meluas, bahkan beberapa orang telah menjadikannya sebagai gaya hidup. Grafik di bawah ini menunjukkan persentase dari motivasi masyarakat Kepada menggunakan layanan pay later.
Dengan jumlah persentase yang sama, yakni sebesar 48%, mayoritas responden menggunakan pay later Kepada kebutuhan fashion/mode dan internet/paket data/pulsa/tagihan listrik.
Selanjutnya, terdapat 35% orang lainnya memanfaatkan layanan pay later Kepada pengeluaran bulanan. Setelah itu, diikuti oleh kebutuhan gadget & aksesori elektronik, serta gadget terbaru dengan persentase masing-masing 21% dan 19%.
Pada urutan terakhir, terdapat 10% orang menggunakan pay later Kepada kebutuhan bepergian/staycation. Dalam hal ini, hiburan menjadi salah satu bagian Krusial bagi masyarakat Kepada akhirnya memutuskan menggunakan layanan pay later.
Setiap orang Mempunyai tujuan dan alasannya masing-masing dalam menggunakan pay later. Hanya saja, penggunaannya harus disertai dengan kesadaran dan kebutuhan. Jangan jadikan pay later sebagai kebiasaan, tetapi jadikan sebagai pembelajaran Kepada memperbaiki pengaturan keuangan agar dapat terhindar dari segala bentuk peminjaman dan perutangan demi hidup yang nyaman dan tentram.